Tema : Yesus Pemimpin Berkharisma: Membawa Damai Dengan Cara Damai
Bacaan Alkitab: Lukas 19:28-44
Pengantar
Semenjak
era kuno, kota merupakan simbol peradaban. Dia membentuk semangat serta budaya
manusia buat kebaikan ataupun keburukan; damai ataupun konflik; sehat ataupun
sakit. Akhir- akhir ini kita mendengar apa yang diucap smart city( kota
pintar). Dalam sebagian tahun terakhir pemerintah Kota Kupang aktif membangun
bermacam infrastruktur buat jadi kota pintar. Rencana pemerintah pusat buat
memindahkan Bunda Kota Negeri( IKN) Indonesia ke Kalimantan pula ialah bagian
dari transformasi peradaban itu. Smart city ialah upaya inovatif ekosistem kota
dalam menanggulangi bermacam perkara serta tingkatkan mutu hidup manusia.
Penjelasan Teks
Yerusalem
merupakan bunda kota Israel. Kota ini diucap lebih dari 800 kali di dalam
Alkitab dari kitab Peristiwa hingga Wahyu. Kata Yerusalem diprediksi berasal
dari kata Ibrani syalom yang berarti damai. Para nabi bernubuat kalau bangsa-
bangsa hendak berduyun- duyun ke Yerusalem/ Zion buat menyembah Allah, sebab
Bait Allah berdiri di kota ini. Inilah kota Allah( Mazmur 48), kota dimana umat
menimba spiritualitas. Pada masa Yesus, Israel/ Yerusalem ialah daerah jajahan
kerajaan Romawi. Kitab- kitab Injil, tidak menyebut tentu berapa kali Yesus
tiba ke Yerusalem. Dapat jadi berulang kali, tetapi secara gamblang, sangat
kurang ada 3 cerita yang mengisahkan kedatangan Tuhan Yesus di kota kudus ini,
ialah kala Dia disunat pada umur 8 hari( Lukas 2: 21), kala menjajaki perayaan
Paskah pada umur 12 tahun( Lukas 2: 41) serta pada perayaan Paskah menjelang
kematian- Nya( Lukas 19: 28 dst- nya).
Keledai dan Pesan Damai
Terdapat
2 kejadian dalam Lukas 19: 28- 44 yang jadi renungan Pekan Sengsara ini. Awal,
ayat 29- 40 tentang Tuhan Yesus mengendarai keledai merambah kota Yerusalem
serta menarik simpati para peziarah yang hendak memperingati Paskah. Kedua,
ayat 41- 44 tentang Tuhan Yesus menangisi kota Yerusalem. 2 kejadian ini
kontras; terdapat sukacita serta dukacita sekalian. Euforia sukacita diwakili
oleh massa peziarah. Mereka mengelu- elukan Yesus sebab didorong oleh harapan
datangnya Mesias politik yang hendak melepaskan mereka dari belenggu
penjajahan. Massa warnanya memandang wujud Mesias itu dalam diri Yesus. Serta,
pada dikala yang sama, Yesus sendiri menyadari diri- Nya selaku Mesias tetapi
tidak dalam penafsiran politis semacam yang di idamkan oleh massa.
Misi
kemesiasan Yesus merupakan mencari, mengobati, menyelamatkan, meneguhkan,
menghibur, mengajar, menegur, berikan makan, membangkitkan, mengasihi,
mengampuni, serta sebagainya. Misi itu sudah dikerjakan serta melahirkan
transformasi secara lahir serta batin untuk sebagian besar umat yang hadapi
serta yakin pada pengajaran Yesus. Namun di lain pihak memunculkan rasa benci
di mata setengah pemimpin agama( Farisi, Zaduki, Ahli- ahli Taurat). Untuk
kalangan elit ini, Yesus merupakan tokoh yang beresiko. Sangat kurang, dalam
sebagian peristiwa terpaut pelaksanaan aturan- aturan agama misalnya, kejadian
wanita yang kedapatan berzina, para pemimpin itu kehabisan muka sebab dibungkam
oleh Yesus. Hingga timbullah konflik serta upaya buat menewaskan Yesus. Yesus sendiri
ketahui bahaya itu semenjak mengawali pelayanan- Nya di kota Nazareth. Oleh
karena itu Dia menyusun strategi sedemikian rupa supaya diri- Nya tidak dibunuh
secara diam- diam. Jika juga Dia mati di tangan para musuh, Dia mau kematianNya
disaksikan oleh banyak orang.
Strategi
itu nampak jelas kala Dia memilah merambah kota Yerusalem secara dramatis
dengan mengendarai seekor keledai muda sebagaimana nubuatan nabi Zakaria( 9:
9). Dia berikan pesan kepada khalayak yang hendak memperingati Acara Paskah, entah
kawan ataupun lawan, kalau Dia tiba buat bawa damai. Bukan perang. Bukan
kekerasan. Profesor. Semuel Hakh, menyebut Yesus masuk serta keluar kota
Yerusalem pada hari Pekan, Senin serta Selasa. Jadi 3 hari berturut- turut
Yesus secara terencana menarik atensi publik mengarah hari kematianNya. Tidak
terdapat kesan buat bersembunyi ataupun melarikan diri dari ancaman pembunuhan.
Dia mengalami kematian- Nya secara heroik.
Yesus Menangis
Pada
keadaan pilu, menangis dipicu oleh penderitaan yang berat ataupun hati serta
jiwa yang sirna sebab bermacam karena. Cuma terdapat 2 catatan tentang Yesus
menangis, ialah pada kejadian kematian Lazarus serta dikala memandang kota
Yerusalem saat sebelum kematian- Nya. Menangisi orang yang wafat dunia
merupakan reaksi yang normal. Sebaliknya menangisi suatu kota, yang nampak
baik- baik saja( kecuali porak- poranda sebab musibah) ialah perilaku yang
tidak umum sehingga mencuat persoalan, seberapa pentingkah Yerusalem hingga
Yesus bercucuran airmata memandang kota itu?
Aplikasi
Kita
bersyukur kalau secara nasional NTT ialah salah satu kota sangat toleran. Pasti
agama Kristen berkontribusi untuk atmosfer kerukunan itu. Tetapi jangan kurang
ingat kalau perkara kemiskinan, area hidup, pembelajaran, perdagangan orang,
stunting, HIV/ AIDS, kekerasan serta kriminalitas, pula ialah permasalahan
sungguh- sungguh di provinsi ini. Terhadap keadaan kurang baik itu, gereja
mesti meratapi serta memasukinya. Dengan airmata, mata kita dibersihkan buat
memandang secara lebih jelas rahmat yang disediakan Allah. Namun jangan
menyudahi di sana. Bangkit serta ambilah tanggung jawab dalam pembangunan
warga. Jangan melarikan diri. Desa- desa serta kota- kota di NTT dikala ini
memerlukan pemimpin- pemimpin yang mempunyai komitmen tulus buat membangun
peradaban yang damai semacam yang dicoba Tuhan Yesus.
Bahan Pelayananan Minggu Sengsara V GMIT Tahun 2022