Tahukah kita tentang kebanggan? Berikut 5 opsi tentang Mengapa Kita Harus Lebih Pedulidengan Kebanggaan :
1. Kesombongan Merupakan Pangkal
Kejahatan.
Dalam
komentarnya tentang Alkitab, John Calvin dengan pas pernah mengaitkan komentar
Agustinus yang yakin," kalau kesombongan merupakan dini dari seluruh
kejahatan, serta kalau oleh kesombongan umat manusia dihancurkan." Ia
menjelaskan bahwa kalau ketidaktaatan serta pengabaian terhadap Firman Tuhan
berasal dari“ kepalsuan Setan.” Dampaknya, penghinaan terhadap Firman membatasi
manusia buat membiarkan Tuhan memanifestasikan diri- Nya. Sebab itu, Adam dalam
kesalahannya sebab dosa berupaya bersembunyi dari Allah. Dengan bangga, ia
merasa kalau keahlian serta kecerdasannya sendiri buat menutupi dosanya serta
menghilang hendak melindunginya dari Tuhan.
Lebih
lanjut, Calvin mencatat kalau“ keagungan- Nya tidak dipertahankan, penyembahan-
Nya pula tidak senantiasa nyaman di antara kita lebih lama daripada dikala kita
menaati firman- Nya.” Iman serta ketaatan menghubungkan kita dengan Tuhan,
namun ketidakpercayaan serta ketidaktaatan merupakan“ pangkal pembelotan.”
Jadi, orang yang tidak taat tidak menghargai kuasa serta kedaulatan Tuhan saat
ia berperan dengan mengabaikan Firman. Dampaknya, manusia mengaitkan keuntungan
apa juga dengan promosi dirinya dalam kekuatan serta penalarannya sendiri.
Spurgeon merumuskan kalau tekad serta kesombongan merupakan keagungan manusia
di atas Tuhan. Kesombongan diri serta keangkuhan yang boleh menghiasi keahlian
kita ialah upaya membandingkan manusia dengan Tuhan. Ini merupakan proklamasi
ateistik instan".
2. Kebanggaan Menempatkan Diri Di Atas
Orang Lain.
Kebanggaan
pula bisa membual tentang posisi yang dicapai kepada mereka yang tidak bisa
mengenali dengan status yang sama. Sebab itu, Daud menulis dalam Mazmur 10: 2 "Karena
congkak orang fasik giat memburu orang yang tertindas; mereka terjebak dalam
tipu daya yang mereka rancangkan". Mereka yang membanggakan kekayaan
menempatkan diri mereka di atas mereka yang belum serta bisa jadi tidak hendak
sempat menggapai keanggotaan dalam kelas keuangan yang sama. Ingat gimana
perasaan Kamu saat orang sebelah ataupun rekan kerja membual tentang berapa
banyak yang ia habiskan buat membeli mobil ataupun rumah baru? Manusia secara
naluriah merenungkan apakah ia sendiri sanggup membeli semacam itu. Kadang-
kadang kita apalagi hendak berangkat keluar serta melaksanakan pembelian yang
sama ataupun apalagi lebih mahal cuma buat meyakinkan kalau kita mempunyai fasilitas
serta kemampuan.
Calvin
menulis,“ Sebab itu, biarlah tiap orang, yang mau hidup adil serta tidak
bercacat dengan saudara- saudaranya, berhati-hatilah terhadap memanjakan
ataupun mengambil kesenangan dalam memperlakukan orang lain dengan hina; serta
perkenankan ia berupaya, di atas segalanya, buat melepaskan pikirannya dari
penyakit kesombongan.” Perhatian besar harus diberikan untuk menghindari
munculnya kesombongan. Kita semua bersalah karena mengambil asumsi
"besok" dengan berjanji untuk "sampai jumpa besok" atau
"Aku akan melakukannya besok". Janji-janji seperti itu sombong dengan
mengasumsikan bahwa kita akan memiliki “hari esok” dan akan tetap memiliki
kemampuan untuk melakukan apa yang kita janjikan “besok”.
Yakobus 4: 14, 15 memperingatkan kita kalau "sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."
Kebanggaan
membolehkan kita buat dengan berani melaporkan janji hari besok walaupun
mengenali siapa yang betul- betul memegang hari besok.
3. Kebanggaan Ada dalam usaha Jahat.
Sederhananya,
kita kerap menyangka kebanggaan dalam sinar yang positif, ialah kebanggaan di
negeri kita, kebanggaan dalam keluarga kita. Perhatian ini diberikan buat
menghubungkan tiap berkat kewarganegaraan ataupun silsilah dengan berkat Tuhan
kita. Kita tidak melaksanakan apa juga buat hak kesulungan ataupun berkat
darinya. Dalam Markus 7: 21- 23, Yesus menempatkan kesombongan dalam jenis yang
sama dengan benak jahat, perzinahan, percabulan, pembunuhan, pencurian,
kejahatan, serta kebodohan. Ia mengatakan,“ seluruh perihal jahat ini datang
dari dalam serta menajiskan manusia.” Daud paham semacam yang ia tulis dalam
Mazmur 5: 9 "TUHAN, tuntunlah aku dalam keadilan-Mu karena seteruku; ratakanlah
jalan-Mu di depanku."
4. Kebanggaan itu Dunia.
“Kebanggaan
hidup”, sama semacam“ kemauan daging” serta“ kemauan mata”,“ bukan dari Bapa,
namun dari dunia.” Pasti saja, seluruh perihal yang kita banggakan kecuali
Tuhan serta Juruselamat kita merupakan kesombongan daging serta puncak dari
keduniawian. Ayub 14:4 menyatakan kalau tidak seseorang juga” bisa menghasilkan
suatu yang tahir dari yang najis”. Bila seorang menyombongkan orientasi
homoseksual, ia bangga hendak kemampuannya buat memilah kemauan ketertarikan
raga walaupun aksi yang cocok itu berlawanan dengan Firman Tuhan. Demikian
pula, bila kita membanggakan kesehatan kita serta kebaikan kanak- kanak kita
dengan cuma menghubungkan hasilnya dengan makan sehat serta orang tua yang
bekerja keras, kita sedang sombong dengan tidak membagikan pujian kepada Tuhan
kita atas kesetiaan serta penyediaan-Nya. Terdapat banyak orang sehat yang
wafat pada umur dini serta keluarga besar yang mempunyai kanak- kanak yang
tidak patuh. Daging memiliki naluri alami untuk memancarkan kesombongan yang
mandiri. Segala sesuatu yang belum dibersihkan dan dinyatakan benar dari kuasa
pembersihan Yesus Kristus berasal dari hati dan isi perut manusia.
5. Kesombongan Menenangkan Diri adalah
Pendapat Palsu.
Paulus dalam Roma 2: 28- 29 menegur orang- orang yang sombong jadi orang Yahudi. Ia menulis,
"Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah. Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah".
Dengan
demikian, kita tidak bisa membanggakan suatu yang sekedar dimanifestasikan oleh
proklamasi lahiriah. Pertimbangkan jawaban yang kita terima saat kita
mengajukan persoalan, “Apakah Kamu diselamatkan?” Banyak, bila tidak sebagian
besar, hendak mengatakan keanggotaan gereja, gelar yang dipegang di dalam
gereja, ataupun ikatan dengan seseorang pendeta sebab kehadirannya yang setia. Sementara
setiap yang luar biasa, tidak ada yang menanggapi persoalan tentang
keselamatan. Dengan demikian, orang tersebut menenangkan jiwanya dengan
statment sombong tentang apa yang merupakan keselamatannya.
Ayat 29 "Tetapi orang Yahudi sejati ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah".
Ini
merupakan Jawaban atas keselamatan“ duniawi” bisa dengan gampang namun salah
diobyektifkan serta diverifikasi oleh selembar kertas ataupun dengan kesaksian
sesama manusia. Yesus Kristus senantiasa jadi jawaban. Ia merupakan sumber
berkat kita serta satu-satunya cara untuk keselamatan serta kebenaran kita.