Duta Yang Menyembuhkan (Amsal 13: 13-20
JEMAAT TUBUTUAN - Duta Yang menyembuhkan - Di penghujung perayaan bulan pendidikan ini, kita diajak menggumuli tema yang diangkat Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) yaitu “Duta Yang Menyembuhkan”, berpatokan pada kitab Amsal 13 : 13 - 20. Duta yang menyembuhkan dimaksud pada tema ini bukanlah pelayanan medis atau kesehatan, tetapi dalam hubungan dengan pendidikan atau pengajaran, kususnya tentang hikmat Tuhan.
Anak-anak kita sedang dan akan memasuki dunia yang maju dengan sangat cepat, namun juga dipenuhi dengan jeratan maut dan dapat menjerumuskan mereka ke dalam celaka. Amsal mengajarkan pentingnya merumuskan jenis pendidikan yang tepat bagi anak-anak yang mencakup ketaatan akan Firman Tuhan, kebijaksanaan, akal budi dan pengetahuan, Model pendidikan ini berfungsi untuk mencegah kejatuhan mereka sendiri, dan pada saat bersamaan menjadi duta yang menyembuhkan masyarakat. Anak-anak memiliki kepekaan terhadap berbagai persoalan masyarakat dan memberi solusi.
Tujuan Amsal adalah untuk membimbing orang hidup bijaksana dan menjauhi yang fasik. Yang mencangkup berbagai bidang kehidupan praktis. Cakupan Amsal itu luas karena disampaikan Saloma saat menjadi raja, dan juga karena pengetahuannya diperkaya oleh pergaulannya dengan bangsa lain, seperti Mesir, selain terutama sebagai anugerah Tuhan.
Berikut penjelasan teks dari bacaan kita hari ini Amsal Amsal 13 : 13 - 20
1. Ayat 13 sampai 14 Mengacu pada Firman dan Pengajaran Hikmat.
Firman itu pelita. Orang yang
mengindahkan atau setia mendengar firman akan berjalan dalam kebenaran atau
hikmat Allah, dan hidupnya akan seperti sinar matahari, yang menerangi. Tetapi
orang yang meremehkan firman, hidupnya dalam bahaya, akan diliputi kegelapan
dan akan menghadirkan kegelapan. Firman Allah juga adalah sumber kehidupan.
Karena itu orang yang setia mendengar firman dan yang bijaksana, harus
mengajarkan firman. Sebab hikmat itu ibarat sumber air, yang sangat berharga di
musim kering. Ia menyegarkan dan menguatkan. Yang dapat menyelamatkan orang
dari penderitaan.
2. Ayat 15, 16, dan 18 berbicara soal Respons Terhadap Firman & Pengajaran Hikmat.
Orang yang berhikmat dan cerdik
akan merespons setiap pemberitaan firman dan pengajaran tentang hikmat dengan
hormat, dengan pengetahuan dan dengan akal budi sehingga hidupnya akan selalu
diberkati. Sedangkan orang yang menentang atau mencemooh setiap firman dan
hikmat, dan tidak menggunakan akal budi tetapi dengan menggunakan kebodohannya,
hidupnya akan binasa.
3. Ayat 17, Menjadi Duta Yang Menyembuhkan.
Penerimaan terhadap firman dan
hikmat yang disampaikan akan dipengaruhi oleh utusan atau duta yang
menyampaikannya. Bila duta buruk, selain akan menyebabkan firman dan hikmat
yang disampaikan tidak diterima, tetapi juga dapat menyebabkan masalah. Karena
itu peranan duta atau utusan, yang memiliki kesabaran, kata-kata yang lembut,
serta kesediaan untuk mendengar berbagai pihak sangat perlu. Itu akan membuat
misi pemberitaan firman dan pengajaran hikmat dapat diterima tetapi juga akan
menyembuhkan atau mendamaikan hubungan-hubungan yang rusak.
4. Ayat 19 dan 20 adalah Bijaksana Dalam Memilih Sahabat dan Tujuan Hidup.
Adanya respons yang berbeda
terhadap pemberitaan firman dan pengajaran hikmat maka setiap orang bijak
haruslah; Pertama, bijak dalam
menetapkan tujuan hidup. Tujuan hidup haruslah yang bermanfaat. Sebab orang
bodoh akan tetap pada jalannya bodoh. Kedua
Bijak dalam memilih sahabat. Sebab yang bergaul dengan orang bijak menjadi
bijak, dengan orang bebal menjadi malang. Pepatah lama “karena nila setitik,
rusak susu sebelanga”, acapkali berlaku untuk pergaulan. Karena itu harus memilih orang yang perlu
diteladani.
Mengacu pada tema Duta Yang Menyembuhkan setidaknya ada dua pesan penting yang perlu kita perhatikan :
Pertama,
Untuk menjadi duta yang
menyembuhkan, haruslah terlebih dalu memberitakan tentang firman Tuhan adalah
terang dan sumber hikmat. Pernyataan ini perlu dan harus terus diberitakan
kepada dunia, sesama dan terutama kepada anak-anak. Sebab perkembangan
teknologi informasi yang pesat dan semakin memudahkan orang mendapatkan
berbagai pengetahuan, membuat dunia semakin mengabaikan firman Tuhan sebagai
terang dan hikmat bagi manusia.
Sebab akibat dunia yang mengandalkan kemampuan dunia dan mengabaikan firman Tuhan, itu membuat dunia bukannya semakin terang dan berhikmat tetapi semakin gelap dan bodoh. Dampaknya, orang memiliki ilmu pengetahuan tetapi tidak mampu menerapkan secara bertanggung jawab, karena membutuhkan hikmat. Sebab tanpa hikmat, ilmu pengetahuan membawa bencana. Dengan hikmat ilmu pengetahuan membawa berkat. Karena itu tugas gereja dan segenap orang percaya adalah mengingatkan dunia, sesama dan terutama anak-anak, untuk setia mendengar firman Tuhan, dengan hormat, dengan segenap akal budi dan dengan pengetahuan. Agar semua tertolong dan bersama menjadi manusia yang diberkati dan bertanggung jawab.
Kedua,
Panggilan menjadi Duta Yang
Menyembuhkan atau mendamaikan. Perubahan dunia mendatangkan berbagai peluang
tetapi juga ancaman, ini menunjukan dunia tidak sedang sehat tetapi sakit.
Hubungan antara manusia yang semakin renggang dan saling mengabaikan, jurang
antara kaya dan miskin, berpendidikan tinggi dan tidak berpendidikan, itu semua
adalah bukti tentang dunia yang sedang sakit. Akibatnya pemerasan, konflik dan
perusakan lingkungan ada dimana-mana.
Terhadap semuanya itu, gereja dan segenap orang percaya, dengan ilmu pengetahuan dan hikmat yang diberikan Tuhan, kita dipanggil menjadi duta yang menyembuhkan, yakni menyembuhkan dunia yang sedang sakit karena kebodohan, keterbelakangan, kemiskinan, dan seterusnya. Serta mendamaikan dunia yang sedang konflik, perang, memperdaya sesama, merusak alam, dan seterusnya. Caranya dengan membangun persahabatan yang konstruktif dengan semua orang dan dengan alam, dengan memohon tuntunan hikmat Tuhan. Dengan dituntun oleh hikmat Tuhan dan bukan hikmat manusia dan dunia, setiap orang percaya dapat menjadi duta yang menyembuhkan.
Sumber : Bahan Khotbah - Pengantar Bahan Bulan Pendidikan GMIT – 30 Juli 2022