Pendahuluan - Pentingnya Pengajaran
JEMAAT TUBUTUAN - Pentingnya Pengajaran - Education is the most powerful weapon which you can use to change the world. Kurang lebih artinya, Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Nelson Mandela. Seorang pejuang hak asasi manusia, penerima nobel perdamaian dan presiden kulit hitam pertama di Afrika Selatan. Mandela menyadari bahwa pendidikan mengubah hidupnya. Pencapaiannya adalah hasil dari pendidikan yang ia peroleh. Karena itu ia berjuang menghapuskan apartheid. Politik yang membatasi akses orang Afrika Selatan non-kulit putih ke pendidikan, perawatan kesehatan dan layanan sosial lainnya. Ia berharap semua orang memperoleh kesempatan yang sama dalam pendidikan. Lukas 10:38-42 juga berbicara tentang pentingnya pendidikan atau pengajaran bagi semua orang tanpa terkecuali. Mari kita belajar dari kisah Yesus, Maria dan Marta.
Penjelasan Teks
Lukas menempatkan teks tentang Maria dan Marta di antara dua teks yang terkenal. Teks pertama adalah ajaran Yesus tentang orang Samaria yang baik hati. Teks kedua adalah ajaran Yesus tentang doa Bapa kami. Melalui penempatan teks_teks tersebut, tampaknya Lukas mencoba untuk menekankan peran Yesus sebagai seorang guru. Sebagai guru, Lukas menunjukkan bahwa mereka yang mendengar pengajaran Yesus dan mereka yang menjadi murid-Nya berasal dari berbagai latar belakang. Kehadiran Maria dan Marta dalam Lukas 10:38-42 menyatakan tentang peran mereka sebagai murid Yesus. Mereka adalah saksi mata dari kehidupan dan pelayanan Yesus. Karena itulah tidak ada seorang pun yang bisa disepelekan perannya dalam kisah Maria dan Marta. Dalam kisah Maria dan Marta, Yesus dan murid-murid-Nya diceritakan berkunjung ke rumah mereka. Rumah tersebut berada di sebuah kampung, bernama Betania. Dalam kunjungan itu, Marta menerima mereka dengan baik. Sebagai tuan rumah, ia membukakan pintu dan menyediakan air untuk mencuci kaki bagi Yesus dan murid-murid-Nya. Pada masa itu, mencuci kaki adalah suatu keharusan. Jika tuan rumah tidak menyediakan air untuk mencuci kaki, maka ia bukanlah tuan rumah yang baik.
Lukas 10:38-42 mengungkapkan perjumpaan yang akrab antara Yesus, Maria dan Marta. Tidak adanya jarak dan suasana kaku di antara mereka membuktikan bahwa perjumpaan itu bukanlah perjumpaan pertama. Yesus bahkan tidak kaget mendengar gaya komunikasi Marta dalam ayat 40. Marta pun tidak sungkan berbicara dengan Yesus. Marta dengan berani mengungkapkan keluhannya. Ia meminta kepeduliaan dari Yesus bahkan pertolongan Yesus untuk menasihati Maria. Gaya komunikasi tersebut sama dengan gaya komunikasi Yesus dan dua belas orang murid-Nya. Terhadap Maria, Yesus memberinya kebebasan untuk mendengarkan pengajaran-Nya. Sikap Yesus berbanding terbalik dengan para rabi pada masa itu. Mereka tidak memperbolehkan perempuan untuk diajar atau duduk di kaki mereka sebagai murid. Yesus menerapkan model persekutuan dengan pemuridan yang sejajar. Tidak ada pembedaan antara laki-laki dan perempuan. Semua orang bebas mendengar dan berbicara. Semua orang terlibat dalam pelayanan.
Sebagai seorang murid dan tuan rumah, Marta tidak menganggap pengajaran Yesus kurang penting untuk didengarkan. Sikap Marta yang melayani Yesus tentulah diawali dengan pemahaman tentang siapa itu Yesus. Yohanes 11:27 mengungkapkan penghayatan iman Marta tentang Yesus sebagai Mesias, Anak Allah. Penghayatan tersebut pastilah bersumber dari pengajaran Yesus. Karena itu, Marta pernah berada di posisi Maria saat itu. Berada di kaki Yesus, mendengar pengajaran-Nya dan mengalami perubahan. Namun peran Marta dalam persekutuan bersama di rumahnya itu berbeda. Ia terlibat aktif dalam διακονίαν (baca: diakonian). Kata tersebut tidak hanya menujuk pada pelayanan meja tetapi peran atau kedudukan seseorang yang melayani Tuhan dalam tugas/jabatan khusus. Karena itulah, Yesus tidak menyalahkan peran Marta dalam pelayanan. Yesus menegurnya karena ia berusaha untuk membatasi kebebasan Maria dalam mendengarkan pengajaran-Nya. Kesibukannya dalam pelayanan tidak dapat dijadikan alasan untuk membatasi peran dari Maria. Karena itu Yesus mengatakan bahwa Maria telah memilih bagian terbaik untuk dirinya. Pilihan itu tidak akan diambil dari padanya.
Melalui kisah Maria dan Marta, Yesus mengajarkan bahwa setiap perempuan punya peran dalam pelayanan. Tidak ada pelayanan yang lebih tinggi dari yang lain. Ketika Maria duduk di kaki Yesus bukan berarti ia malas. Tetapi menjadi pendengar adalah peran dari Maria sebagai murid. Ketika Marta mempersiapkan segala sesuatu untuk melayani Yesus dan tidak duduk di kaki-Nya, itu juga peran dari Marta sebagai murid. Pada zaman Yesus, rumah menjadi salah satu tempat pewartaan Injil, tempat bersekutu. Dalam Lukas 10:38-42, Marta berperan sebagai seorang pemimpin yang mempersiapkan rumah dan segala sesuatu agar pewartaan Injil berjalan dengan baik.
Aplikasi
Pada minggu ketiga dalam bulan pendidikan saat ini, semua kita terpanggil untuk memahami tentang pentingnya pengajaran. Yesus telah memberi teladan bahwa pengajaran mampu membebaskan dan mengubah kehidupan. Hanya melalui pengajaran Yesus, Maria dan Marta mampu diberi kebebasan untuk mengaktualisasikan dirinya. Hanya melalui pengajaran, Maria dan Marta mampu melakukan apa yang mustahil untuk dilakukan oleh perempuan pada zaman itu. Lukas 10:38-42 mengemukakan tiga hal penting yang bisa kita terapkan dalam kehidupan.
1. Membangun kesadaran akan pentingnya pendidikan
Maria dan Marta tidak menolak kedatangan Yesus dan murid-murid-Nya. Mereka
sadar bahwa rumah mereka bukan hanya dijadikan sebagai tempat persinggahan,
tetapi juga tempat bersekutu. Tempat pengajaran, tempat pewartaan Injil
terjadi. Karena itu mereka menunggu dan berusaha untuk mempersiapkan yang
terbaik menyambut kedatangan Yesus dan murid-muridnya. Mereka sadar bahwa
pengajaran itu penting. Tidak akan ada perubahan atau kemajuan dalam hidup
tanpa pengajaran. Kita harus menyadari bahwa secanggih apapun teknologi, ia
tidak dapat menggantikan peran dari guru. Teknologi tidak dapat meniadakan
pendidikan. Pendidikan itu proses seumur hidup. Teknologi adalah produk dari
pendidikan. Karena itu mari kita memanfaatkan waktu yang ada untuk terus
belajar dan membangun kesadaran orang lain di sekitar kita tentang pentingnya
pendidikan.
2. Mengetahui dan mengelola sumber daya yang dimiliki
Agar pengajaran berjalan dengan baik, sumber daya yang dimiliki harus
dikelola. Pengajaran Yesus kepada murid_murid-Nya di rumah Maria dan Marta
dapat berjalan dengan baik karena Marta mengelola sumber daya yang ada. Ia
memperhatikan rumahnya, makanan yang tersedia, dan fasilitas yang mendukung
pelayanan seperti ketersediaan air untuk mencuci kaki. Marta menjadi teladan
bagi kita. Kita semua terpanggil untuk mengembangkan sumber daya yang ada agar
setiap orang mampu mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Orang tua, guru,
tokoh gereja, tokoh masyarakat harus terlibat aktif untuk memanfaatkan potensi
dalam keluarga, sekolah, gereja, masyarakat demi kemajuan untuk perubahan hidup
yang lebih baik.
3. Memberi kebebasan bagi setiap orang untuk berperan dalam kehidupan.
Sumber : Bahan Khotbah - Pengantar Bahan Bulan Pendidikan GMIT – 17 Juli 2022