Bisa jadi Kamu merupakan seorang yang baik, hidup saleh serta taat
kepada firman Tuhan, namun secara ekonomi Kamu miskin, hingga yang terjalin
merupakan Kamu yang sulit diingat oleh keluarga ataupun juga sesama.
Watak manusia pada biasanya lebih mencermati perihal modul dibanding
masalah rohani. Hikmat dunia berkata,“ Kamu boleh tidak berhikmat asal kaya,
hingga banyak orang ingin jadi sahabat Kamu.” Namun apakah yang semacam itu
yang dikehendaki Tuhan?
Allah tidak sempat memandang seorang dari segi penampilan luar,
entah itu kekayaan, kepintaran ataupun juga perannya, namun Allah memandang
hati yang mengasih. Di mata Tuhan, orang yang diucap bijaksana merupakan orang
yang khawatir hendak Tuhan serta mengasihi. Jadi sekalipun kita tidak diingat
orang, tetaplah turut akan kehendak Tuhan serta melaksanakan kehendak- Nya
sebab Tuhan tentu mengingat kita.
Terkait
dengan tema “Warga Bangsa yang Berhikmat” pada minggu bulan kebangsaan ini. Ada
3 hal pokok yang perlu kita pelajari dan Renungkan :
1. Pengkhotbah memperlihatkan bahwa kekuasaan/jabatan bukanlah satu-satunya sarana untuk membangun bangsa.
Sebab ketika seorang penguasa mengandalkan
keperkasaan, kekuatan dirinya, dan benteng pertahanan diri tetapi kurang
berhikmat, maka sesungguhnya ia rapuh. Ia bisa menyalahgunakan kekuasaannya
untuk menghancurkan bangsa. Sebaliknya, seorang warga biasa justru dapat
menyelamatkan sebuah kota dan mampu membangun bangsanya, asalkan ia berhikmat.
Dengan hikmat yang bersumber dari Tuhan, seorang miskin dapat berkontribusi
bagi bangsanya. Sebab dengan hikmat ia dapat menyumbang ide/pemikiran yang baik
di tengah situasi sulit yang dihadapi bangsa.
2. Tak harus menjadi pejabat, baru bisa membangun bangsa ini.
Yang dibutuhkan adalah setiap warga belajar
agar menjadi orang berhikmat dan bijaksana. Sebagai warga gereja, kita mesti
banyak belajar agar bisa berhikmat di tengah masyarakat dan bangsa.
3. Berhikmat berarti senantiasa memiliki pengertian yang baik, menggunakan akal sehat dan hati nurani dalam menghadapi berbagai persoalan hidup.
Hidup sebagai warga yang berhikmat berarti tidak
menjadi pengacau dan perusak dalam masyarakat, tetapi menjadi pembawa damai
sejahtera, ketentraman, dan kemajuan. Amin...(yl)
Silahkan Lengkapi bacaan renungan ini dengan tonton vodeo berikut :