Persembahan untuk Pekerjaan Pelayanan
JEMAAT TUBUTUAN - Persembahan untuk Pekerjaan Pelayanan - Apakah persembahan sama dengan
sumbangan? Sepintas keduanya sama saja. Baik persembahan maupun sumbangan
merupakan pemberian dari satu pihak kepada pihak lain. Pihak yang dimaksud bisa
berarti pribadi maupun organisasi. 1 Tawarikh 29 ayat 10 sampai 19 juga memberi
kesan itu. Biarpun demikian sebenarnya pandangan ini kurang tepat.
5 Aspek Pelajaran dari 1 Tawarikh 29:10-19
Melalui nas bacaan kita hari ini 1
Tawarikh 29 ayat 10 sampai 19 Tuhan
mengajari kita tentang berbagai aspek terkait persembahan. Ada lima aspek yang
dapat kita lihat dalam nyanyian pujian Daud ini.
Pertama, ayat 10
sampai 12
Mengajari kita, bahwa Tuhan Allah pemilik segala sesuatu. Inilah yang
pertama-tama harus disadari oleh setiap orang yang hendak memberikan
persembahan. Kita memberikan persembahan bukan karena Tuhan tidak punya. Justru
sebaliknya, segala sesuatu milik Tuhan.
Apa yang manusia miliki milik Tuhan.
Bahkan semua yang tidak manusia miliki pun milik Tuhan.
Tuhan memiliki kekekalan. Tuhan
memiliki kebesaran, kejayaan, kehormatan, kemasyuran dan keagungan di seluruh
alam semesta. Tuhan juga memiliki semua kerajaan. Tuhan lebih tinggi dari semua
pemimpin dunia. Tuhan yang memiliki
kemuliaan, kekuasaan dan kemampuan untuk membesarkan dan mengokohkan
segala-galanya. Jadi Tuhan punya segala-galanya. Oleh karena itu tidak boleh
ada seorang pun yang sombong di hadapan Tuhan.
Kedua, ayat 13
sampai 14
Mengajarkan bahwa sebenarnya, persembahan yang diserahkan kepada
Tuhan sebenarnya berasal dari tangan Tuhan sendiri. Konsekuensi dari keyakinan
bahwa Tuhan pemilik segala sesuatu bahwa apa pun yang ada pada kita merupakan
milik Tuhan. Entah itu diri seutuhnya, waktu, keluarga, harta benda, uang,
pekerjaan dan sebagainya. Itu semua milik Tuhan. Jadi ketika kita memberikan
persembahan, sebenarnya kita hanya mengembalikan apa yang merupakan milik
Tuhan.
Dengan kesadaran ini maka
konsekuensinya kita mesti menggunakan setiap pemberian Tuhan dengan bertanggung
jawab. Tidak gemar berpesta pora. Tidak hidup dengan berhura-hura. Tidak hidup
dengan berfoya-foya, seolah-olah semua yang ada pada kita merupakan hasil kerja
keras kita semata-mata.
Bukankah semua titipan mesti
dikembalikan kepada pemiliknya? Karena itu apa pun kondisi sosial ekonomi kita,
jalanilah hidup sederhana. Tetapi ingat, yang diminta oleh Tuhan itu hidup
sederhana, bukan hidup miskin. Sebab sederhana dan miskin itu berbeda.
Ketiga, dalam ayat
15 sampai 17
Menunjukan bahwa, persembahan mesti diserahkan dengan sikap
merendahkan diri, sukarela, tulus dan ikhlas. Bagian ini berhubungan dengan
sikap hati. Di sini Daud berkata kepada Tuhan bahwa dia dan umat Israel hanyAllah
orang asing seperti nenek moyangnya. Hari-hari hidup mereka seperti
bayang-bayang yang segera lenyap.
Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan
melihat sampai ke lubuk hati yang paling dalam. Karena itu utamakanlah apa yang
Tuhan lihat, bukan apa yang manusia lihat dari kita. Jadi setelah memberi
persembahan tidak usah koar-koar ke mana-mana. Tidak pula menulisnya sebagai
status atau caption foto di facebook, IG, story WA dan sebagainya. Cukuplah
kalau Tuhan sudah tahu. Sebab dengan demikian berkat-Nya akan diberikan
berlipat kali ganda bagi kita.
Keempat, ayat 16
Mengajarkan kita bahwa, persembahan mesti dipergunakan untuk pekerjaan
pelayanan. Inilah yang Daud lakukan. Ketika dia meminta umat memberikan
persembahan, tujuannya jelas yaitu pembangunan Bait Suci. Tetapi itu tidak
berarti dia langsung mengerjakannya. Tidak!
Hal ini pun Allah teladan bagi para
pengelola persembahan umat pada masa kini. Pengelolaan persembahan umat mesti
berpatokan pada kehendak dan waktu Tuhan. Di Gemit, kebijakan pengelolaan
persembahan umat ada pada majelis di tiap lingkup; jemaat, klasis dan sinode.
Biar pun begitu, manfaatnya mesti dirasakan oleh semua orang, baik di dalam
maupun di luar gereja.
Kelima, Ayat 18
sampai 19
Mengajarkan kita bahwa, pemberi dan pengelola persembahan mesti
selalu didoakan agar tetap taat menjalankan kehendak Tuhan. Ini yang Daud lakukan. Ayat 18 menunjukkan doanya
untuk umat Israel. Dia berdoa agar Tuhan memelihara kecenderungan hati umat
sehingga senantiasa memberikan persembahan. Lalu dalam ayat 19, Daud berdoa
agar Salomo yang dipercayakan untuk membangun Bait Suci terus berpegang pada
perintah dan peringatan Tuhan dengan tulus.
Ini pun merupakan pelajaran penting
bagi kita. Sebab ada kalanya kita berat sebelah. Ada orang yang hanya berdoa
supaya umat rajin memberikan persembahan. Di sisi lain, ada orang yang hanya
berdoa agar pengelola persembahan mengelolanya dengan benar.
Firman Tuhan ini mengingatkan kita
untuk mendoakan semuanya. Baik pemberi maupun pengelola persembahan harus
didoakan secara bersama-sama. Doanya pun bukan hanya sesekali saja. Tidak. Kita
harus mendoakannya setiap saat. Sebab, sekali lagi, semua yang ada, baik pada
pemberi maupun pengelola persembahan, hanya titipan. Tuhanlah pemilik sejati
dari segala sesuatu. Dengan demikian semua yang dilakukan mesti seturut dengan
kehendak-Nya. Tuhan memberkati kita. Amin
Source : sinodegmit.or.id. Ditulis oleh : Pdt. Melkisedek Sni’ut
Persembahan untuk Pekerjaan Pelayanan
JEMAAT TUBUTUAN - Persembahan untuk Pekerjaan Pelayanan - Apakah persembahan sama dengan sumbangan? Sepintas keduanya sama saja. Baik persembahan maupun sumbangan merupakan pemberian dari satu pihak kepada pihak lain. Pihak yang dimaksud bisa berarti pribadi maupun organisasi. 1 Tawarikh 29 ayat 10 sampai 19 juga memberi kesan itu. Biarpun demikian sebenarnya pandangan ini kurang tepat.
5 Aspek Pelajaran dari 1 Tawarikh 29:10-19
Melalui nas bacaan kita hari ini 1
Tawarikh 29 ayat 10 sampai 19 Tuhan
mengajari kita tentang berbagai aspek terkait persembahan. Ada lima aspek yang
dapat kita lihat dalam nyanyian pujian Daud ini.
Pertama, ayat 10 sampai 12
Mengajari kita, bahwa Tuhan Allah pemilik segala sesuatu. Inilah yang
pertama-tama harus disadari oleh setiap orang yang hendak memberikan
persembahan. Kita memberikan persembahan bukan karena Tuhan tidak punya. Justru
sebaliknya, segala sesuatu milik Tuhan.
Apa yang manusia miliki milik Tuhan.
Bahkan semua yang tidak manusia miliki pun milik Tuhan.
Tuhan memiliki kekekalan. Tuhan
memiliki kebesaran, kejayaan, kehormatan, kemasyuran dan keagungan di seluruh
alam semesta. Tuhan juga memiliki semua kerajaan. Tuhan lebih tinggi dari semua
pemimpin dunia. Tuhan yang memiliki
kemuliaan, kekuasaan dan kemampuan untuk membesarkan dan mengokohkan
segala-galanya. Jadi Tuhan punya segala-galanya. Oleh karena itu tidak boleh
ada seorang pun yang sombong di hadapan Tuhan.
Kedua, ayat 13 sampai 14
Mengajarkan bahwa sebenarnya, persembahan yang diserahkan kepada
Tuhan sebenarnya berasal dari tangan Tuhan sendiri. Konsekuensi dari keyakinan
bahwa Tuhan pemilik segala sesuatu bahwa apa pun yang ada pada kita merupakan
milik Tuhan. Entah itu diri seutuhnya, waktu, keluarga, harta benda, uang,
pekerjaan dan sebagainya. Itu semua milik Tuhan. Jadi ketika kita memberikan
persembahan, sebenarnya kita hanya mengembalikan apa yang merupakan milik
Tuhan.
Dengan kesadaran ini maka
konsekuensinya kita mesti menggunakan setiap pemberian Tuhan dengan bertanggung
jawab. Tidak gemar berpesta pora. Tidak hidup dengan berhura-hura. Tidak hidup
dengan berfoya-foya, seolah-olah semua yang ada pada kita merupakan hasil kerja
keras kita semata-mata.
Bukankah semua titipan mesti
dikembalikan kepada pemiliknya? Karena itu apa pun kondisi sosial ekonomi kita,
jalanilah hidup sederhana. Tetapi ingat, yang diminta oleh Tuhan itu hidup
sederhana, bukan hidup miskin. Sebab sederhana dan miskin itu berbeda.
Ketiga, dalam ayat 15 sampai 17
Menunjukan bahwa, persembahan mesti diserahkan dengan sikap
merendahkan diri, sukarela, tulus dan ikhlas. Bagian ini berhubungan dengan
sikap hati. Di sini Daud berkata kepada Tuhan bahwa dia dan umat Israel hanyAllah
orang asing seperti nenek moyangnya. Hari-hari hidup mereka seperti
bayang-bayang yang segera lenyap.
Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan
melihat sampai ke lubuk hati yang paling dalam. Karena itu utamakanlah apa yang
Tuhan lihat, bukan apa yang manusia lihat dari kita. Jadi setelah memberi
persembahan tidak usah koar-koar ke mana-mana. Tidak pula menulisnya sebagai
status atau caption foto di facebook, IG, story WA dan sebagainya. Cukuplah
kalau Tuhan sudah tahu. Sebab dengan demikian berkat-Nya akan diberikan
berlipat kali ganda bagi kita.
Keempat, ayat 16
Mengajarkan kita bahwa, persembahan mesti dipergunakan untuk pekerjaan
pelayanan. Inilah yang Daud lakukan. Ketika dia meminta umat memberikan
persembahan, tujuannya jelas yaitu pembangunan Bait Suci. Tetapi itu tidak
berarti dia langsung mengerjakannya. Tidak!
Hal ini pun Allah teladan bagi para
pengelola persembahan umat pada masa kini. Pengelolaan persembahan umat mesti
berpatokan pada kehendak dan waktu Tuhan. Di Gemit, kebijakan pengelolaan
persembahan umat ada pada majelis di tiap lingkup; jemaat, klasis dan sinode.
Biar pun begitu, manfaatnya mesti dirasakan oleh semua orang, baik di dalam
maupun di luar gereja.
Kelima, Ayat 18 sampai 19
Mengajarkan kita bahwa, pemberi dan pengelola persembahan mesti
selalu didoakan agar tetap taat menjalankan kehendak Tuhan. Ini yang Daud lakukan. Ayat 18 menunjukkan doanya
untuk umat Israel. Dia berdoa agar Tuhan memelihara kecenderungan hati umat
sehingga senantiasa memberikan persembahan. Lalu dalam ayat 19, Daud berdoa
agar Salomo yang dipercayakan untuk membangun Bait Suci terus berpegang pada
perintah dan peringatan Tuhan dengan tulus.
Ini pun merupakan pelajaran penting
bagi kita. Sebab ada kalanya kita berat sebelah. Ada orang yang hanya berdoa
supaya umat rajin memberikan persembahan. Di sisi lain, ada orang yang hanya
berdoa agar pengelola persembahan mengelolanya dengan benar.
Firman Tuhan ini mengingatkan kita untuk mendoakan semuanya. Baik pemberi maupun pengelola persembahan harus didoakan secara bersama-sama. Doanya pun bukan hanya sesekali saja. Tidak. Kita harus mendoakannya setiap saat. Sebab, sekali lagi, semua yang ada, baik pada pemberi maupun pengelola persembahan, hanya titipan. Tuhanlah pemilik sejati dari segala sesuatu. Dengan demikian semua yang dilakukan mesti seturut dengan kehendak-Nya. Tuhan memberkati kita. Amin
Source : sinodegmit.or.id. Ditulis oleh : Pdt. Melkisedek Sni’ut