Yesus Berkuasa atas Alam Semesta
Bacaan Alkitab : Matius 8:23-27
Pengantar
Dalam tradisi tahun gerejawi, minggu ini merupakan minggu
terakhir dalam tahun gerejawi yang di sebut minggu Kristus
Raja. Gereja merayakan
minggu Kritus raja untuk mengingatkan serta menyadarkan kita
tentang kedudukan Yesus Kristus sebagai Raja Semesta Alam. Dialah Raja atas segala ciptaan yaitu, manusia, dunia dan
semesta alam seluruhnya. Raja itu identik dengan kuasa untuk memerintah, menghakimi, melayani dan
menentukan nasib hidup rakyat bangsanya. Tanggung jawab seorang raja yang baik adalah membawa kesejahteraan, kedamaian dan keselamatan rakyatnya. Sebaliknya
raja yang jahat dan menyalahgunakan kuasa akan membawa malapetaka atau
kesengsaraan bagi rakyatnya. Raja Semesta Alam digambarkan sebagai
Dia yang akan menghakimi dunia dan berkuasa atas kehidupan semua orang saat
hidup di dunia ini maupun saat kematian kelak.
Tuhan Yesus Kristus
adalah Raja semesta.
Ia selalu memperjuangkan keselamatan dan kesejahteraan umat manusia; menyembuhkan
yang sakit, mengampuni yang berdosa, menguatkan yang lemah dan meluruskan jalan orang-orang yang tersesat. Dia
menghakimi dengan adil dan memberikan pertolongan bagi mereka yang berteriak minta tolong.
Penjelasan Teks
Teks ini di awali dengan penjelasan “… murid-murid-Nya
mengikuti-Nya ….”. Berbeda dengan Markus
(4:35) dan Lukas (8:22) yang mengatakan bahwa Tuhan Yesus mengajak
murid-murid-Nya untuk menyeberang, Matius mengatakan bahwa murid-murid yang mengikuti Yesus. Markus dan Lukas
menggemakan panggilan Yesus “Mari, ikutlah Aku,” sementara Matius menekankan
keputusan para murid untuk mengikuti
Yesus.
“Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut …”. Kondisi geografis
danau Galilea dan sekitarnya
memang memungkinkan munculnya badai mendadak, tanpa tanda-tanda awal. Air danau yang tenang itu dalam tempo singkat berubah
menjadi air yang bergelora dan menggoncangkan apa saja
yang ada di dalam danau itu. Keadaan itu yang dialami murid-murid bersama
Yesus. Matius menekankan bahwa mengikuti Tuhan Yesus tidak berarti bebas dari badai kehidupan yang menggoncang
dan menggentarkan hati. Bersama Yesus pun badai tetap mengancam. Namun, adalah baik mengalami badai kehidupan karena
mengikuti Yesus. Sebab alangkah malangnya mereka yang mengalami badai
kehidupan karena tidak mengikuti Yesus.
“… tetapi Yesus tidur…”. Mengapa Yesus tidur? Ada
penjelasan bahwa Tuhan Yesus lelah, karena
sepanjang hari Ia mengajar orang banyak dan menyembuhkan orang-orang sakit.
Apakah Yesus tidak peduli dengan ancaman
badai itu? Atau mungkin Ia begitu nyenyak
tertidur sampai tidak merasakan
goncangan itu? Bisa jadi, Yesus yakin sepenuhnya bahwa Bapa di sorga tetap
menyertai- Nya bersama para pengikut-Nya dan melindungi
mereka.
“…. datanglah murid-murid Yesus membangunkan-Nya, dengan
berkata: “Tuhan, tolonglah, kita binasa”. Kata Yunani yang dipakai di sini tentang
murid-murid yang mendekati
Yesus dan membangunkan-Nya berarti “mendekati dengan
sopan dan hormat.” Rasa hormat itu tergambar dalam sapaan mereka kepada Yesus:
“Tuhan”. Sekali pun para murid amat ketakutan, namun rasa hormat mereka kepada Yesus yang mereka ikuti
membuat mereka tidak membangunkan Yesus dengan kasar. Dalam takut pun rasa hormat mereka kepada Yesus tidak hilang.
Mereka menghormati Yesus dan memohon
pertolongan Yesus dengan berkata: “Tolonglah.” Anehnya, mereka merasa bahwa
Yesus pun turut terancam oleh badai
yang keras itu, sebab mereka berkata: “… kita binasa.” Di satu pihak mereka yakin Yesus bisa menolong, namun di sisi
lain mereka mengira nyawa Yesus pun turut terancam. Bisa jadi ini mencerminkan
pengenalan mereka akan Yesus belum
lengkap.
“Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?” Yesus
bangun. Ia lebih dahulu mengurus iman
para murid. Bagi Yesus, rasa takut yang luar biasa pada murid-murid adalah
tanda bahwa mereka kurang percaya
kepada Yesus. Seandainya percaya mereka kuat, mereka bisa tetap tenang
menghadapi badai itu, sama seperti Yesus yang tetap tertidur
sebab Ia amat percaya akan Bapa di sorga yang pasti
memelihara
mereka. Inilah peringatan Yesus kepada para murid untuk tidak mudah hilang iman
dan menjadi takut karena badai kehidupan yang menerpa secara
tiba-tiba.
“Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh …” Murid-murid terlepas dari badai dan dari rasa takut, sebab Yesus bersama mereka dan bertindak untuk menyelamatkan mereka. Walau Yesus menegur murid-murid sebagai orang yang kurang percaya, namun Yesus mau menolong murid-murid dengan memerintahkan angin berhenti dan danau menjadi teduh. Yesus berkuasa meneduhkan angin ribut yang mengancam hidup umat-Nya.
Aplikasi
Pertama, angin badai dan gelombang adalah peristiwa alam.
Hal ini menunjukkan bahwa alam dan isinya, seperti angin dan air, memiliki mekanisme dan dinamika gerak yang bisa menguntungkan namun bisa juga mengancam keselamatan manusia. Di lain pihak, manusia adalah bagian dari alam dan bergantung pada alam, termasuk pada angin dan air demi hidup manusia. Maka sehubungan dengan Bulan Lingkungan Hidup GMIT, baiklah sebagai gereja dan warga gereja tak terpisahkan dari alam dan lingkungan hidup, baiklah gereja dan warga gereja belajar mengenal hukum-hukum dan dinamika alam, agar tidak mengalami kecelakaan karena ceroboh terhadap alam. Di tiap lingkungan hidup, di gunung, di pantai ada tradisi-tradisi masyarakat berdasarkan pengalaman setempat yang berisi pengetahuan tentang kebiasaan-kebiasaan terhadap alam tumbuhan dan binatang yang harus dijaga, agar tidak mendatangkan bencana bagi manusia. Tata krama yang baik perlu dijaga, tidak hanya mengenai cara hidup bersama antarmanusia, tetapi juga kehidupan bersama dengan makhluk lain di alam semesta.
Kedua, Matius 8:23-27 menunjukkan bahwa orang-orang yang percaya dan mengikuti Yesus pun tidak lepas dari ancaman badai kehidupan,
baik badai dari alam mau pun badai berupa tantangan-tantangan lainnya. Namun, Yesus, yang gereja ikuti
dan percayai mempunyai kuasa untuk menenteramkan badai alam dan mendiamkan badai serta ancaman kehidupan lainnya, demi
menyelamatkan umat-Nya. Di dalam
Yesus kita belajar untuk melakukan tindakan-tindakan yang menghormati alam
dengan penuh kasih, mengatur alam
dengan penuh tanggung jawab, dan memberi jaminan hidup tenangg di tengah alam yang sewaktu-waktu dapat bergejolak kencang dan
mengancam kehidupan.
Ketiga, gereja dan setiap orang percaya dapat datang kepada Yesus dengan sopan dan hormat untuk meminta pertolongan.
Yesus tahu bahwa badai dan tantangan yang gereja dan orang percaya alami. Yesus, dalam kasih-Nya, ikut mengalami dan menanggung badai kehidupan yang menimpa gereja dan umat-Nya. Keyakinan ini menolong gereja dan orang percaya untuk tidak mudah takut dan kekurangan iman dalam menghadapi badai kehidupan, melainkan tetap tenang sebab Yesus selalu dekat dan mau menolong umat-Nya. Jangan hilang percaya ketika menghadapi badai hidup.
Sumber : Bahan Khotbah Bulan Lingkungan Hidup GMIT, 20 November 2022