Jemaat Tubutuan - Pengampunan Memulihkan Relasi - Ada seorang sopir bus yang tetap tersenyum. meski
dicaci maki oleh beberapa penumpang yang merasa bahwa ia mengemudikan bus
terlalu lambat. Seorang penumpang bertanya kepadanya, “mengapa engkau terus
tersenyum, dan tidak membalas makian mereka dengan makian? Sopir itu menjawab”
mereka memaki karena hati mereka penuh dengan kata-kata sampah. berupa caci
maki, tetapi saya tetap tersenyum. karena hati saya penuh sukacita dari Tuhan,
yang saya percaya. Saya tidak mau membuang sukacita pemberian Tuhan dan
menggantikan dengan sampah caci maki dari mereka, karena itu saya tidak
membalas caci maki mereka dengan caci maki”
Matius pasal 18 ayat 21 sampai 35, menekankan
konsep pengampunan yang berdampak pada hubungan yang sehat, kerukunan dan
kesejahteraan dalam kehidupan persekutuan. Kemungkinan besar pertanyaan Petrus,
disebabkan oleh masalah ketidakharmonisan, mengingat pertanyaan tersebut
diajukan setelah ayat 15 sampai 20. Ajaran
para rabi mengemukakan bahwa seorang saudara dapat diampuni atas dosa yang
diulanginya sebanyak tiga kali. Pada kali yang keempat, tidak ada lagi
pengampunan. Petrus, yang menganggap dirinya berjiwa besar, mengajukan tujuh
kali untuk menjawab pertanyaannya sendiri. Pertanyaan dan jawaban Petrus
menegaskan ketergantungan komunitas Matius pada hukum Yahudi. Jawaban Yesus
tentang tujuh puluh kali tujuh kali, menjelaskan Yesus tidak meniadakan hukum
itu, tetapi menyempurnakannya (Matius pasal 5 ayat 17). Yesus adalah pemenuhan
kebenaran yang dituntut oleh hukum. Tujuh puluh kali tujuh kali bukanlah batas
atas. Pemberian maaf kepada saudara tidak mungkin dapat dibatasi frekuensi atau
jumlahnya, karena, seperti yang ditunjukkan oleh perumpamaan berikutnya, mereka
semua telah diampuni jauh lebih banyak daripada yang pernah mereka ampuni.
Pada Minggu sengsara pertama, melalui ajaran tentang pengampunan, Yesus menegaskan bahwa Dialah wujud dari kasih Alah, yang sedang bekerja untuk mengampuni manusia melalui kematianNya di salib. Pengajaran Yesus ini, mengingatkan kita bahwa sebagai murid Tuhan yang sejati, kita mesti meneladani kasih Alah. Sekalipun orang percaya berhadapan dengan situasi yang memusuhi dan mendendam, tetapi orang percaya terpanggil untuk hidup meneladani kasih Alah yang mengampuni tanpa dendam, tanpa kebencian, permusuhan, dan balas dendam. Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan dan caci maki dengan caci maki, tetapi berdoalah bagi mereka yang mencaci maki kamu.
Tonton juga Video pendukung berikut :