Berkat Tuhan bagi Pendamai
(Kejadian 13:1-18)
Nats Pembimbing : “Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni”. (2 Timotius 2:22)
Pendahuluan
Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus, marilah kita merenung
bersama pada Firman Tuhan yang terkandung dalam Kejadian 13:1-18, dengan judul
"Berkat Tuhan bagi Pendamai." Pada kesempatan ini, kita akan
menelusuri tiga pokok renungan yang membuka mata kita terhadap kebijaksanaan
dan berkat Tuhan bagi setiap pendamai di dunia ini.
1. Ciptaan Manusia sebagai Makluk Sosial
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup
sendiri. Kita saling membutuhkan, dan dalam keterhubungan itulah hidup kita
menemukan makna yang sejati. Namun, realitasnya, pertikaian seringkali muncul
akibat perbedaan karakter, pilihan, dan pandangan. Dalam menjalani kehidupan
ini, kita diajak untuk merawat hubungan-hubungan baik kita, menghindari
pertentangan yang dapat merusak ikatan yang telah terjalin.
Hidup damai bukanlah sesuatu yang terwujud dengan sendirinya, melainkan
hasil dari upaya kita untuk saling menerima, menghormati, dan memahami satu
sama lain. Dalam keberagaman itu, kita dapat melihat keagungan ciptaan Tuhan
yang menciptakan manusia dalam berbagai warna, karakter, dan kepribadian. Hidup
damai adalah anugerah, namun juga merupakan pilihan dan komitmen kita untuk
menjaga keharmonisan dalam pergaulan kita.
2. Pengelolaan Konflik dalam Kehidupan Patriarki
Dalam kisah Abram dan Lot, kita dihadapkan pada pemandangan unik di tengah
masyarakat patriarki. Di sana, seorang laki-laki yang lebih tua memiliki
kedudukan dan kuasa yang besar. Akan tetapi, ketika pertentangan muncul antara
gembala-gembala Abram dan Lot, Abram tidak memanfaatkan kekuasaannya untuk
memaksakan kehendaknya. Sebaliknya, ia memberi kesempatan kepada Lot untuk
memilih tanah yang diinginkannya lebih dahulu.
Tindakan bijaksana Abram ini mengajarkan kita arti dari pendamai sejati. Menjalani kehidupan dengan pemahaman bahwa pertentangan dapat dielakkan dengan pengelolaan konflik yang baik. Abram tidak hanya mengejar kepentingan pribadinya, tetapi juga mengutamakan perdamaian dan kelangsungan hubungan baik di antara mereka. Perilaku ini membuat Abram semakin diperhitungkan di hadapan Tuhan dan diberkati-Nya.
3. Membawa Kehendak Allah di Dalam Hidup
Pendamai sejati adalah orang yang membawa kehendak Allah di dalam
dirinya. Abram, sebagai seorang yang mengasihi Tuhan, tidak hanya menghindari
konflik, tetapi juga hidup untuk kehendak-Nya. Ia mengorbankan kepentingan
pribadinya untuk mencapai damai dan memelihara hubungan yang baik.
Setiap orang percaya dipanggil untuk mengikuti jejak Abram, membawa
kehendak Allah di dalam hati dan menjalani hidup dengan prinsip perdamaian.
Meskipun terkadang memerlukan pengorbanan dan kesabaran, namun berkat Tuhan
akan menyertai setiap langkah yang diambil untuk menjaga keharmonisan. Allah
memberkati setiap usaha untuk menjalani hidup dalam kebenaran dan kekudusan.
Saudara-saudara, sebagai Kesimpulan: hendaklah kita menjadi para pendamai
yang membawa berkat Tuhan di mana pun kita berada. Sebab, dalam kedamaian yang
kita bawa, kita menjadi cerminan kasih dan kebijaksanaan Tuhan di dunia yang
seringkali dipenuhi dengan pertikaian. Kiranya kita menjadi saksi akan berkat
Tuhan bagi pendamai, sehingga dunia dapat melihat cahaya-Nya melalui hidup kita
yang damai dan penuh kasih.
Refleksi: Menggugah Damai dalam Pertentangan
Sebagai akhir dari renungan kita, mari merenungkan betapa pentingnya
peran kita sebagai pembawa damai di tengah pertentangan. Tuhan menciptakan kita
sebagai makhluk sosial, dan dalam interaksi sehari-hari, kita seringkali
dihadapkan pada situasi yang memerlukan pendekatan damai. Dalam 2 Timotius
2:22, kita diajak untuk "Sebab
itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai
bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni."
Tidak hanya sekadar menghindari pertentangan, tetapi kita dipanggil untuk aktif
mengejar damai dan kebenaran.
Sebagai contoh yang hidup dalam kehendak Allah, kita dapat meneladani
tindakan bijaksana Abram yang mengutamakan perdamaian dalam konflik dengan Lot.
Dalam Roma 12:18, kitapun diajar, "Sedapat-dapatnya,
kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!"
Ini menjadi panggilan kita untuk selalu berusaha menjaga perdamaian, meskipun
kadangkala itu membutuhkan pengorbanan. Dengan menjadikan kehendak Allah
sebagai pegangan hidup, kita dapat menjadi agen perubahan yang membawa berkat
Tuhan di tengah dunia yang sering kali dipenuhi oleh pertentangan dan
ketidaksetujuan. Kiranya kita menjadi saksi hidup akan damai dan kasih Tuhan di
setiap langkah hidup kita. Amin.