Kemuliaan Kristus dalam Penderitaan-Nya (Markus 9:2-13)
Pendahuluan
Sinar mentari mulai memancar membelah kabut pagi, menyinari bukit yang sunyi. Di tengah gemuruh angin sepoi-sepoi, terdengar langkah-langkah perlahan yang mendekati puncak gunung. Di sinilah, dalam keheningan yang terputus-putus, terjadi suatu peristiwa yang tak terlupakan: Kemuliaan Kristus dalamPenderitaan-Nya, seperti yang tercatat dalam Markus 9:2-13.
Minggu ini, gereja memasuki minggu sengsara pertama, periode yang mendalam di mana kita merenungkan penderitaan Kristus sebagai teladan bagi umat manusia. Selama tujuh minggu berturut-turut, kita diundang untuk memahami betapa besar pengorbanan-Nya yang membawa keselamatan bagi dunia ini.
Teks Markus 9:2-13 Membawa Peristiwa Transfigurasi
Teks Markus 9:2-13 membawa kita kepada suatu peristiwa yang begitu luar biasa: Transfigurasi. Di sinilah kita melihat kemuliaan Kristus yang memancar, terang-Nya yang menyilaukan, sebagaimana Yesus ditemani oleh Musa dan Elia. Peristiwa ini tak hanya sekadar penampakan, melainkan puncak dari kebenaran yang dipertegas oleh jawaban Yesus terhadap pertanyaan murid-murid tentang kemesiasan-Nya.
Musa dan Elia, tokoh yang muncul dalam transfigurasi, memiliki ikatan
yang erat dengan gunung: Musa di Sinai dan Elia di Horeb. Dua tempat yang
menjadi saksi bisu atas kehadiran Ilahi. Begitu pula gunung tempat Yesus
mengalami transfigurasi, menjadi panggung kemuliaan yang membedakannya dari
pengalaman keilahian yang terjadi di tempat-tempat kudus sebelumnya.
Kemuliaan Kristus terkandung dalam pengorbanan-Nya
Namun, yang menarik adalah reaksi Yesus terhadap pengalaman ini. Dia melarang murid-murid-Nya untuk memberitahukan kepada siapapun tentang apa yang mereka saksikan. Mengapa? Karena kemuliaan Kristus yang sejati tidak bisa dipahami sepenuhnya tanpa memahami penderitaan, kematian, dan kebangkitan-Nya. Kemuliaan Kristus terkandung dalam pengorbanan-Nya untuk keselamatan manusia.
Dalam keseharian, seringkali kita tergoda untuk mengukur kemuliaan dengan
standar kesuksesan duniawi. Namun, Kristus menunjukkan kepada kita bahwa
kemuliaan sejati tidaklah terletak pada kejayaan materi atau popularitas. Ia
berbeda dari kemuliaan dunia yang seringkali hanya mengarah pada kepentingan
diri sendiri.
Kemuliaan Kristus terletak pada kesediaan-Nya
Kemuliaan Kristus terletak pada kesediaan-Nya untuk menderita bagi kita. Dalam penderitaan-Nya, kita melihat ekspresi sejati dari kasih-Nya yang tak terbatas. Dia tidak terpaku pada kesuksesan duniawi, melainkan memberikan diri-Nya sepenuhnya, bahkan sampai ke pangkat yang paling rendah, sebagai penebusan bagi banyak.
Sebagian dari kita mungkin merasa bahwa penderitaan adalah tanda
kegagalan atau hukuman atas kesalahan yang kita lakukan. Namun, melalui
Kristus, kita memahami bahwa penderitaan bisa menjadi saluran bagi kemuliaan
Tuhan untuk bersinar. Setiap orang yang bersedia menderita sebagai anak-anak
Allah akan mengalami kemuliaan-Nya.
Belajar tidak menghindari penderitaan
Sebab itu, mari kita belajar dari Kristus untuk tidak menghindari penderitaan, melainkan mengubahnya menjadi kesempatan untuk menyatakan kasih dan kemuliaan-Nya. Ketika kita mengalami kesulitan, kita bukanlah sendiri. Kristus berjalan bersama kita, memimpin kita melewati setiap jalan yang berliku, dan menjadikan penderitaan kita sebagai bagian dari rencana-Nya yang penuh kasih.
Dalam kemuliaan Kristus yang terpancar dalam penderitaan-Nya, kita
menemukan harapan yang tak tergoyahkan. Mari berani menghadapi setiap tantangan
dengan keyakinan bahwa di balik penderitaan, tersembunyi kemuliaan-Nya yang tak
terbatas.
Simpulan:
Dalam perenungan akan kemuliaan Kristus dalam penderitaan-Nya, kita
dibawa pada suatu pemahaman yang mendalam akan arti sejati dari pengorbanan dan
kasih-Nya yang tak terbatas. Seperti yang tertulis dalam 2 Korintus 4:17,
"Sеbаb penderitaan rіngаn уаng ѕеkаrаng ini, mеngеrjаkаn bаgі kami
kemuliaan kеkаl уаng mеlеbіhі ѕеgаlа-gаlаnуа, jauh lеbіh besar dаrі pada
реndеrіtааn kami." Kesulitan dan penderitaan yang kita alami di dunia ini
tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan kita temui bersama Kristus. Oleh
karena itu, marilah kita terus berpegang pada iman, menyerahkan diri kepada-Nya
dalam setiap keadaan, karena hanya dalam-Nya kita menemukan kekuatan untuk
menghadapi segala tantangan.
Refleksi:
Dalam akhirnya, mari kita merenungkan kembali firman-firman Kristus dan
menjadikannya landasan hidup kita sehari-hari. Sebagaimana tertulis dalam 1 Petrus 5:10, "Dаn Allah, sumber ѕеgаlа kаѕіh karunia, yang tеlаh memanggil
kamu dаlаm Krіѕtuѕ kераdа kemuliaan-Nya уаng kеkаl, аkаn mеlеngkарі,
meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, ѕеѕudаh kamu menderita ѕеkеtіkа
lаmаnуа." Dalam segala penderitaan dan tantangan, marilah kita bersandar
sepenuhnya pada Allah, yang akan memperkuat dan menguatkan kita, serta membawa
kita kepada kemuliaan yang kekal bersama-Nya.