Mengembalikan Harapan yang Sirna
(Lukas 7 : 11-17)
Sesuai Daftar Bacaan Triw. II Masa Raya: Minggu Ke-IV Paskah GMIT, Minggu, 21 April 2024
Introduction
Di tengah hening senja, kita merenung
dalam gemuruh kisah yang menggetarkan hati; sebuah cerita tentang kehilanganyang mendalam dan keajaiban yang mengembalikan harapan. Lukas 7:11-17 membawa
kita ke kota Nain, di mana kepedihan seorang ibu yang kehilangan anaknya
bertemu dengan belas kasihan Sang Penebus. Dalam sentuhan-Nya, kehidupan yang
telah sirna bersemi kembali, mengungkapkan keagungan Allah yang mampu
mengembalikan harapan yang telah terkikis oleh waktu.
1. Pendahuluan
Di saat matahari melabuhkan diri,
kita memasuki ruang batin yang sunyi namun sarat makna. Dalam cerita Lukas7:11-17, kita disuguhkan peristiwa yang menggetarkan jiwa: kehilangan yang
dalam dan keajaiban penyembuhan yang membangkitkan harapan. Di tengah kota Nain
yang sunyi, terdapat seorang ibu yang kehilangan anaknya, dan di sinilah kita
disuguhkan pemandangan yang begitu meresahkan. Namun, dalam kepedihan itu, ada
cahaya kebaikan yang akan datang. Yesus, Sang Penebus, datang dengan belas
kasihan-Nya yang tak terhingga, mengembalikan harapan yang telah sirna. Dalam
sentuhan-Nya, kehidupan yang telah padam menyala kembali, memancarkan keagungan
Allah yang maha kuasa. Ayat Lukas 7:11-17 menjadi landasan kokoh bagi kita
dalam merenungkan betapa Allah sanggup mengembalikan harapan yang telah
terkikis oleh waktu dan kehidupan.
2. Kisah Lukas 7:11-17
Kisah dalam Lukas 7:11-17 membawa
kita ke momen yang penuh makna di kota Nain. Di tengah kerumunan yang berduka,
Yesus tiba-tiba muncul. Ia disambut oleh seorang ibu yang kehilangan segalanya:
suaminya telah meninggal, dan sekarang, anak lelakinya, satu-satunya penghibur
hatinya, telah tiada pula. Terbayang betapa dalamnya duka yang menyelimuti hati
ibu tersebut, di tengah-tengah hiruk pikuk kota yang sedang berduka.
Penduduk Nain pun turut berduka.
Mereka bukan sekadar menyaksikan kematian, tetapi juga kehilangan yang begitu
besar bagi seorang ibu yang ditinggalkan sendirian. Mereka mengerti betapa
beratnya beban duka yang harus dipikul oleh wanita itu. Di tengah suasana yang
suram, Yesus hadir sebagai cahaya harapan yang menyinari kegelapan hati mereka.
Dalam sentuhan-Nya, keajaiban terjadi: anak janda itu bangkit kembali, dan duka
berganti menjadi sukacita.
3. Kajian Teologi
Dalam konteks teologis, kisah ini
menyoroti kuasa kebangkitan yang dimiliki oleh Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamat. Kejadian ini bukan sekadar peristiwa ajaib, tetapi juga merupakan
tanda dari kuasa Ilahi yang melampaui kematian. Kisah ini mengingatkan kita
pada kebenaran bahwa Kristus adalah kebangkitan dan hidup, dan bahwa Ia
memiliki otoritas atas kematian. Hal ini sejalan dengan ajaran-ajaran lain
dalam Alkitab yang menegaskan bahwa Kristus adalah "jalan, kebenaran, dan
hidup" (band. Yohanes 14:6) serta bahwa mereka yang percaya kepada-Nya
akan hidup meskipun mati (band. Yohanes 11:25).
Dengan kebangkitan anak janda di
Nain, Yesus menunjukkan bahwa Ia adalah sumber harapan yang sejati bagi
umat-Nya. Ayat-ayat lain dalam Alkitab juga menegaskan bahwa harapan yang kita
miliki dalam Kristus tidak akan mengecewakan (band. Roma 5:5) dan bahwa Allah
adalah sumber kekuatan dan penghiburan bagi mereka yang percaya kepada-Nya (band.
Mazmur 46:1; dan 2 Korintus 1:3-4). Keseluruhan kisah ini mengajarkan kepada
kita bahwa dalam setiap kesedihan dan keputusasaan, kita dapat mempercayakan
segala harapan kita kepada Allah, karena Ia adalah Tuhan yang setia dan mampu
mengembalikan harapan yang telah hilang.
4. Pesan tentang Harapan dalam Kisah Ini
Kisah Yesus menghidupkan kembali anak
janda di Nain mengajarkan kita tentang makna sejati dari harapan. Harapan
bukanlah sekadar keyakinan bahwa segala sesuatu akan berakhir baik-baik saja,
tetapi lebih pada keyakinan akan kehadiran Allah dalam hidup kita, bahkan di
tengah-tengah kesulitan dan keputusasaan. Harapan sesungguhnya adalah keyakinan
bahwa Allah selalu ada, bekerja, dan memiliki rencana yang baik bagi kita,
meskipun kita tidak selalu memahaminya.
Kisah ini juga menguatkan keyakinan
kita bahwa Allah adalah Sang Pemulih harapan yang telah hilang. Mungkin ada
saat-saat dalam hidup kita ketika segalanya terasa sirna dan kita kehilangan
harapan. Namun, melalui kisah ini, Allah mengajarkan bahwa tidak ada yang
mustahil baginya. Dia mampu mengubah situasi yang putus asa menjadi sesuatu
yang penuh harapan dan kehidupan. Dalam keadaan apapun, mari percayakan segala
harapan kita kepada-Nya, karena hanya Dia yang dapat mengembalikan harapan yang
telah hilang.
5. Penerapan dalam Kehidupan Kekristenan
Kisah ini memberikan inspirasi bagi
kita dalam kehidupan kekristenan untuk tetap percaya dan berharap kepada Allah
dalam setiap situasi. Seperti anak janda dan penduduk Nain yang berserah
sepenuhnya kepada Yesus, kita pun diajak untuk mengandalkan Allah dalam segala
hal, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun. Dalam kehidupan
sehari-hari, kita seringkali dihadapkan pada tantangan dan kesulitan yang
membuat kita frustasi dan putus asa. Namun, kisah ini mengingatkan kita bahwa
Allah tidak pernah jauh dari kita dan Dia selalu siap membantu kita melewati
setiap masalah.
Penerapan kisah ini dalam kehidupan
kekristenan juga mengajarkan kita untuk menjadi pembawa harapan bagi orang
lain. Seperti Yesus yang membawa sukacita bagi anak janda dan penduduk Nain,
kita juga dipanggil untuk menjadi saksi kasih dan belas kasihan Allah dalam
hidup kita. Melalui tindakan-tindakan kasih dan penghiburan, kita dapat menjadi
saluran berkat bagi orang-orang di sekitar kita yang sedang mengalami
keputusasaan dan kehilangan harapan. Dengan demikian, kita tidak hanya
mengalami keajaiban penyembuhan dalam kehidupan pribadi kita, tetapi juga
menjadi instrumen Allah untuk mengembalikan harapan yang hilang bagi orang
lain.
Kesimpulan
Yesus yang menghidupkan kembali anak
janda di Nain adalah cerminan nyata dari kasih dan kekuasaan Allah yang mampu
mengembalikan harapan yang telah hilang. Kisah ini mengajarkan kita untuk tetap
percaya dan berserah kepada Allah dalam segala situasi, karena Dia adalah Sang
Pemulih harapan yang tidak pernah terlambat. Marilah kita memperkuat iman kita
dan menjadi saksi kasih Allah dalam kehidupan sehari-hari, menjadi saluran
berkat bagi orang-orang di sekitar kita yang membutuhkan harapan dan
penghiburan. Dengan demikian, kita dapat mengalami keajaiban penyembuhan dan
menjadi alat Allah untuk mengembalikan harapan yang hilang bagi banyak orang.
Refleksi dan Doa
Dalam refleksi ini, kita belajar
bahwa harapan bukanlah sekadar harapan kosong, tetapi keyakinan akan kehadiran
Allah dalam hidup kita. Seperti anak janda di Nain yang dipulihkan oleh Yesus,
kita pun dipanggil untuk percaya bahwa Allah dapat mengembalikan harapan yang
telah hilang dalam hidup kita. Hal ini ditegaskan dalam Ibrani 11:1, "Iman
adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala
sesuatu yang tidak kita lihat." Mari kita kuatkan iman kita dan berpegang
teguh pada janji-janji Allah, karena dalam iman itulah kita menemukan harapan
yang sejati.
Dengan demikian, mari kita hidup dalam kepercayaan dan harapan kepada Allah, mengizinkan belas kasihan-Nya yang tak terbatas untuk mengubah keputusasaan kita menjadi sukacita yang sejati. Semoga kisah tentang Yesus yang menghidupkan kembali anak janda di Nain menginspirasi kita untuk menjadi saksi-saksi kasih Allah, membawa harapan dan penghiburan bagi banyak orang di sekitar kita. Amin.
Editor : Jtadmin