Pena Rohani - Pagi ini, Indonesia menyambut hari bersejarah: Pilkada Serentak 27 November 2024. Di tengah kabut tipis yang menyelimuti kota dan desa, masyarakat dari berbagai lapisan bersiap menuju tempat pemungutan suara (TPS). Langkah-langkah kecil mereka membawa harapan besar untuk masa depan bangsa. Namun, di balik gegap gempita pesta demokrasi ini, sebagai orang Kristen, kita diingatkan akan panggilan iman untuk menyikapi politik dengan bijaksana.
Pilkada Serentak 2024 dalam Perspektif Kristen
Dalam demokrasi yang sering kali penuh dengan intrik, Kekristenan dan pemilu demokratis mengajarkan kita untuk melihat politik dari lensa iman. Pilkada bukan sekadar ajang memilih pemimpin, tetapi juga sarana mewujudkan kasih Kristus dalam dunia nyata. Sebagai orang percaya, kita diundang untuk berperan aktif, tetapi tetap mengedepankan prinsip-prinsip Kristiani.
Firman Tuhan dalam Roma 13:1 mengingatkan bahwa segala otoritas berasal dari Allah. Artinya, siapa pun yang terpilih dalam Pilkada Serentak 2024 adalah bagian dari rencana-Nya. Tugas kita bukanlah untuk menguasai, melainkan melayani dengan rendah hati, sebagaimana diajarkan oleh Yesus: "Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu." (Matius 23:11).
Etika Kristen dalam Politik, Jangan Sok Kuasa
Sebagai pengikut Kristus, kita dipanggil untuk menjadi terang dan garam, termasuk dalam dunia politik. Sayangnya, kesombongan sering kali menjadi batu sandungan dalam perjalanan politik seseorang. Firman Tuhan dalam Amsal 16:18 memperingatkan bahwa kesombongan mendahului kehancuran.
Sikap "sok kuasa" yang kerap terlihat dalam persaingan politik justru berlawanan dengan ajaran Kristiani. Lukas 22:26 menegaskan bahwa pemimpin sejati adalah mereka yang melayani, bukan memerintah dengan tangan besi. Oleh karena itu, dalam Pilkada Serentak 2024, mari kita mendukung pemimpin yang memiliki hati melayani, bukan hanya ambisi pribadi.
Kepemimpinan yang Berkenan kepada Tuhan
Makna Kepemimpinan dalam Alkitab
Alkitab memberikan banyak teladan tentang kepemimpinan. Yesus Kristus, sebagai Pemimpin Sejati, menunjukkan bahwa kepemimpinan bukan tentang kekuasaan, melainkan tentang kasih dan pengorbanan. Dalam 1 Petrus 5:3, kita diingatkan untuk memimpin tanpa paksaan atau demi keuntungan pribadi, melainkan dengan tulus dan penuh integritas.
Kepemimpinan yang Melayani, Bukan Mendominasi
Saat bangsa ini memilih pemimpin, kita perlu mengingat teladan Yesus yang tidak pernah menggunakan kekuasaan-Nya untuk mendominasi, tetapi untuk melayani. Sikap ini menjadi cermin bagi kita untuk memilih pemimpin yang rendah hati dan memiliki visi untuk memperjuangkan keadilan bagi semua, bukan hanya golongan tertentu.
Demokrasi yang Sesuai dengan Nilai Kristiani
Doa untuk Pemimpin yang Dipilih Tuhan
Sebagai orang Kristen, doa adalah senjata utama dalam menghadapi Pilkada. Kita perlu mendoakan setiap kandidat agar hati mereka dipenuhi hikmat dari Tuhan. Dalam Amsal 16:3, kita diingatkan untuk menyerahkan segala rencana kepada Tuhan, karena hanya Dia yang mampu menuntun kita pada pilihan yang benar.
Menghindari Kesombongan Politik
Pilkada Serentak 2024 menjadi momen bagi bangsa ini untuk belajar tentang etika dalam berpolitik. Dalam Amsal 16:18, kita diajarkan bahwa kesombongan membawa kehancuran. Oleh karena itu, penting bagi para pemimpin untuk tetap rendah hati dan mengutamakan kepentingan rakyat, bukan ambisi pribadi.
Pilkada sebagai Sarana Mewujudkan Kasih Kristus
Refleksi tentang Kekuasaan dalam Iman Kristen
Kekuasaan sering kali menjadi godaan terbesar dalam dunia politik. Namun, kekuasaan yang tidak diiringi dengan kasih dan hikmat hanya akan membawa kehancuran. Dalam Lukas 22:26, Yesus menunjukkan bahwa kekuasaan sejati adalah melayani, bukan memaksakan kehendak.
Yesus sebagai Teladan Pemimpin Sejati
Yesus adalah teladan utama dalam hal kepemimpinan. Dia mengorbankan diri-Nya demi umat manusia, sebuah tindakan yang mencerminkan kasih tanpa batas. Kepemimpinan seperti inilah yang seharusnya menjadi standar dalam memilih pemimpin bangsa.
Amanat Kristen dalam Menentukan Masa Depan Bangsa
Sebagai masyarakat Indonesia yang juga pengikut Kristus, Pilkada Serentak 2024 adalah panggilan iman untuk bertindak bijaksana. Jangan hanya memilih berdasarkan popularitas atau janji manis, tetapi perhatikan rekam jejak dan integritas para kandidat.
Dalam Amsal tentang kebijaksanaan pemimpin, kita diajarkan bahwa hikmat adalah fondasi dari kepemimpinan yang kokoh. Oleh karena itu, mari kita berdoa, merenung, dan memilih dengan hati yang dipimpin oleh Roh Kudus.
Tuhan sebagai Pemegang Otoritas Tertinggi
Pilkada Serentak 27 November 2024 adalah kesempatan bagi kita untuk membawa terang Kristus ke dalam dunia politik. Siapa pun yang menang, kita percaya bahwa Tuhan adalah Pemegang Otoritas Tertinggi. Tugas kita adalah mendukung pemimpin yang terpilih dan terus mendoakan mereka agar mampu memimpin dengan bijaksana dan adil.
Melalui Pilkada ini, mari kita bersama-sama mewujudkan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jangan sok kuasa, tetapi jadilah pelayan bagi sesama, sebagaimana Kristus telah melayani kita. Selamat memilih, Tuhan memberkati Indonesia! (yb/pr)**