Harapan Baru di Tengah Kekeringan
Local Church, Pena Rohani-Inisiatif Sulamanda dan Pesan PGI-Ketika air mengering, iman bertumbuh. Itulah yang tergambar dalam inisiatif Kelompok Tani Sulamanda di Tarus, Desa Mata Air, Kupang Tengah. Dengan tekad yang kuat, mereka berupaya mengatasi krisis air demi keberlanjutan pertanian. Kini, secercah harapan muncul dengan hadirnya bantuan damparit yang menjadi solusi bagi lahan pertanian seluas empat hektare.
Menjawab Tantangan Kekeringan dengan Inisiatif Sulamanda
Di musim kemarau, sumber air sering kali menjadi tantangan besar bagi para petani. Sebelumnya, sawah milik Sinode GMIT hanya mengandalkan dua sumur, yang harus dibagi dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) untuk mengairi tanaman hortikultura. Namun, upaya kolaboratif antara Majelis Sinode GMIT, Badan Pengembangan Aset dan Pemberdayaan Ekonomi (BP-APE), serta Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT menghadirkan solusi nyata: pembangunan damparit.
Damparit ini memiliki dimensi panjang 30 meter, lebar 15 meter, dan kedalaman 1,80 meter. Fungsinya adalah menahan dan menampung aliran air dari mata air serta curah hujan yang turun. Dengan adanya infrastruktur ini, kelompok tani memiliki cadangan air yang lebih stabil untuk mengairi sawah mereka.
Dampak dan Harapan bagi Komunitas
"Bantuan ini harus dimanfaatkan dengan baik, bukan hanya untuk kelompok tani Sulamanda, tetapi juga bagi KWT Getsemani Tarus Timur. Selain itu, hasil panen dapat menjadi salah satu sumber pendapatan bagi Majelis Sinode untuk menopang program pelayanan," ujarnya.
Tak hanya damparit, rumah pertemuan bagi anggota kelompok tani juga dibangun. Tempat ini diharapkan menjadi pusat edukasi pertanian sekaligus wadah kebersamaan dalam menyelesaikan berbagai persoalan.
Sementara itu, Plt. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Joaz Bily Oemboe Wanda, menyampaikan apresiasinya atas sinergi ini. Ia berharap lokasi ini berkembang menjadi kawasan agrowisata yang berkontribusi bagi perekonomian lokal. "Melalui pertanian, kita memiliki harapan untuk menurunkan angka kemiskinan dan stunting di NTT," ungkapnya.
Pesan PGI: Menjemaatkan DKG untuk Indonesia
"Dokumen ini harus dihayati oleh seluruh jemaat, sinode, klasis, mupel, serta lembaga pendidikan teologi. Dengan demikian, DKG bukan hanya menjadi pedoman bagi gereja-gereja anggota PGI, tetapi juga menjadi bagian dalam kurikulum pendidikan teologi di Indonesia," jelasnya.
Langkah strategis telah dipersiapkan dalam proses penjemaatan DKG agar setiap umat Kristen dapat memahami dan mengaplikasikan nilai-nilai kesatuan dalam kehidupan berjemaat dan bermasyarakat.
Iman yang Berkarya, Harapan yang Menyala
Ketika air mengering, iman bertumbuh. Itulah pelajaran berharga yang dapat kita petik. Di tengah tantangan, ada solusi yang lahir dari kebersamaan. Baik melalui pembangunan damparit bagi petani di NTT maupun upaya PGI dalam menjemaatkan DKG, semuanya bermuara pada satu hal: panggilan iman untuk berbuat nyata.
Mari kita terus melangkah dalam terang pengharapan, bekerja dengan tekun, dan berdoa dengan sungguh. Sebab, seperti yang tertulis dalam Yesaya 41:18 :
"Aku akan membuat sungai-sungai memancar di atas bukit-bukit yang gundul, dan membuat mata-mata air membual di tengah dataran; Aku akan membuat padang gurun menjadi telaga dan memancarkan air dari tanah kering."
Semoga kita semua terus menjadi alat di tangan Tuhan, membangun, menanam, dan menuai berkat bagi banyak orang. Bagikan berita ini agar semakin banyak yang terinspirasi untuk bertindak dengan iman! - (pr)**
Writer/Editor: PenaRohani/penaRadmin; source : sinodegmit.or.id & pgi.or.id (08/02/2025)
Shalom, semuanya, Salam Sejahtera. Terima Kasih telah membaca tulisan ini. Silahkan, temukan kami dan dapatkan informasi terubdate lainnya, cukup dengan Klik Mengikuti/follow kami di Google News DISINI. than's. God bless.
© 2025 All Right Reserved - Designed by penarohani
0Comments