TUA6BSG5BUA5BUA5TfGpGpdoTd==
Light Dark
Persembahan: Kualitas atau Kuantitas? | Renungan MInggu | Lukas 21:1-4 dan 1 Tawarikh 29:13-17

Persembahan: Kualitas atau Kuantitas? | Renungan MInggu | Lukas 21:1-4 dan 1 Tawarikh 29:13-17

Shallom, selamat pagi; Persembahan: Kualitas atau Kuantitas? | Renungan MInggu. selamat membaca dan merenungkan, kiranya memberi berkat luar biasa.
Table of contents
×
Daftar Isi [Tampil]

Persembahan: Kualitas atau Kuantitas? | Renungan MInggu | Lukas 21:1-4 dan 1 Tawarikh 29:13-17

Persembahan: Kualitas atau Kuantitas?

PENA ROHANI - Pagi yang cerah menyapa dengan lembut, membawa harapan baru dalam hati setiap umat percaya. Hari Minggu adalah waktu untuk merenungkan kebesaran Tuhan, menyampaikan ucapan syukur, dan mempersembahkan yang terbaik bagi-Nya. Namun, sebuah pertanyaan muncul: Dalam memberi persembahan, apakah Tuhan lebih melihat kuantitas atau kualitas?

Persembahan dalam Perspektif Alkitabiah

Persembahan bukan sekadar ritual ibadah, melainkan ekspresi hati yang terdalam. Dalam Lukas 21:1-4, kita melihat bagaimana seorang janda miskin memberi dua peser, yang tampaknya kecil, tetapi dipuji oleh Yesus sebagai persembahan yang lebih besar dibandingkan orang kaya. Sebaliknya, dalam 1 Tawarikh 29:13-17, Raja Daud dan umat Israel mempersembahkan harta yang melimpah bagi pembangunan Bait Allah, tetapi dengan hati yang penuh syukur dan kerelaan.

Kedua kisah ini menegaskan satu kebenaran: Tuhan tidak menilai berdasarkan jumlah semata, melainkan pada nilai sejati dari pemberian itu di hadapan-Nya.

Kualitas atau Kuantitas? Sebuah Kajian Teologis

Persembahan sebagai Cermin Hati

Tuhan tidak memandang jumlah, melainkan hati yang memberi. Janda miskin dalam Lukas 21:1-4 tidak memiliki banyak harta, tetapi ia memberi dengan seluruh hatinya. Ketulusan dan pengorbanannya menjadi nilai utama yang Tuhan perhitungkan. Sebaliknya, mereka yang memberi dalam jumlah besar tetapi tanpa ketulusan tidak mendapat pujian yang sama dari Tuhan.

Yesus sendiri menegaskan bahwa "karena mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan seluruh nafkahnya." Ini menunjukkan bahwa kualitas persembahan jauh lebih penting daripada kuantitasnya.

Persembahan sebagai Ungkapan Syukur

Dalam 1 Tawarikh 29:13-17, Raja Daud dan bangsa Israel mempersembahkan harta benda mereka sebagai bentuk ucapan syukur atas segala berkat yang Tuhan berikan. Mereka sadar bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan, dan mereka hanya mengembalikan apa yang memang sudah menjadi milik-Nya. Inilah yang disebut dengan "persembahan yang berkualitas," yaitu persembahan yang diberikan dengan hati penuh ucapan syukur, bukan sekadar kewajiban.

Persembahan dan Motivasi Hati

Dalam memberikan persembahan, motivasi menjadi faktor yang sangat menentukan. Ada tiga jenis motivasi utama yang sering muncul:

  1. Motivasi karena kewajiban – Memberi karena merasa harus, bukan karena keinginan yang tulus.

  2. Motivasi karena ingin dipuji – Memberi dalam jumlah besar agar mendapat pengakuan dari manusia.

  3. Motivasi karena kasih – Memberi dengan kerelaan, kesadaran, dan ucapan syukur kepada Tuhan.

Motivasi yang benar adalah ketika persembahan lahir dari hati yang bersyukur dan penuh kasih kepada Tuhan.

Persembahan dalam Konteks Historis dan Budaya

Persembahan: Kualitas atau Kuantitas? | Renungan MInggu | Lukas 21:1-4 dan 1 Tawarikh 29:13-17

Persembahan di Zaman Perjanjian Lama

Dalam Perjanjian Lama, persembahan sering kali berupa korban binatang atau hasil bumi. Bangsa Israel diajarkan untuk memberi persembahan dengan penuh hormat, sesuai dengan hukum Taurat. Persembahan yang terbaik, yang tanpa cacat, adalah yang berkenan kepada Tuhan.

Namun, ada kalanya bangsa Israel memberi persembahan hanya sebagai formalitas tanpa hati yang tulus. Nabi Yesaya menegur mereka dengan keras (Yesaya 1:11-15), menegaskan bahwa Tuhan menghendaki hati yang benar dalam memberikan persembahan, bukan sekadar ritual kosong.

Persembahan dalam Gereja Mula-mula

Gereja mula-mula tidak hanya mempersembahkan harta, tetapi juga kehidupan mereka bagi pekerjaan Tuhan. Kisah Para Rasul 4:32-37 mencatat bagaimana jemaat berbagi segala milik mereka dengan sukacita. Mereka tidak memberi karena paksaan, tetapi karena kasih yang tulus.

Aplikasi dalam Kehidupan Umat Kristen

Mengukur Kualitas Persembahan Kita

Bagaimana kita dapat memastikan bahwa persembahan kita berkualitas di hadapan Tuhan? Berikut beberapa pertanyaan refleksi:

  • Apakah saya memberi dengan hati yang tulus dan penuh kasih?

  • Apakah saya memberi karena ucapan syukur atau karena keterpaksaan?

  • Apakah saya sadar bahwa semua yang saya miliki berasal dari Tuhan?

Persembahan sebagai Wujud Iman dan Pengorbanan

Seperti janda miskin yang memberi seluruh nafkahnya, kita diajak untuk memberi dengan pengorbanan, bukan hanya dari kelebihan. Pengorbanan dalam memberi menunjukkan iman yang kuat kepada Tuhan, percaya bahwa Dia akan mencukupi segala kebutuhan kita.

Menjadikan Persembahan sebagai Gaya Hidup

Persembahan bukan sekadar uang yang kita berikan di gereja. Persembahan adalah gaya hidup—cara kita mengelola waktu, talenta, dan sumber daya untuk kemuliaan Tuhan. Setiap kebaikan yang kita lakukan bagi sesama juga merupakan bentuk persembahan yang berkenan di hadapan-Nya.

Memberi dengan Hati yang Benar

Pada akhirnya, Tuhan tidak melihat jumlah, tetapi melihat hati. Baik janda miskin maupun Raja Daud menunjukkan bahwa kualitas persembahan lebih penting daripada kuantitasnya. Tuhan menginginkan persembahan yang lahir dari hati yang bersyukur, tulus, dan penuh kasih.

Persembahan: Kualitas atau Kuantitas? | Renungan MInggu | Lukas 21:1-4 dan 1 Tawarikh 29:13-17

Maka, dalam setiap pemberian kita, marilah kita bertanya: Apakah ini sekadar angka, ataukah ini adalah ekspresi kasih dan iman kita kepada Tuhan? Biarlah setiap persembahan kita menjadi wewangian yang harum di hadapan-Nya, karena diberikan dengan hati yang murni dan penuh syukur.

"Sebab siapakah aku ini dan siapakah bangsaku, sehingga kami mampu memberikan persembahan sukarela seperti ini? Sebab dari pada-Mu lah segala-galanya dan dari tangan-Mu sendirilah persembahan yang kami berikan kepada-Mu." (1 Tawarikh 29:14)

Sumber Nas: Lukas 21:1-4 dan 1 Tawarikh 29:13-17;  writer/editor: penaRadmin/pr

Shalom, semuanya, Salam Sejahtera. Terima Kasih telah membaca tulisan ini. Silahkan, temukan kami dan dapatkan informasi terubdate lainnya, cukup dengan Klik Mengikuti/follow kami di Google News DISINI. than's. God bless. 

© 2025 All Right Reserved - Designed by penarohani 

0Comments