Jejak Langkah Menuju Teologi Ekumenis yang Inklusif
Internasional, Pena Rohani - Pagi yang cerah menyapa, secangkir kopi hangat menemani, dan di layar ponsel, sebuah kabar gembira mengalir di media sosial. Dewan Gereja Dunia (WCC) terus melangkah dalam upaya menciptakan ruang pembelajaran teologi ekumenis yang lebih luas melalui Institut Teologi Ekumenis Global (GETI) 2025. Di tengah dunia yang terus bergejolak, GETI 2025 hadir sebagai panggung bagi para teolog muda untuk menyelami lebih dalam isu-isu iman, persatuan gereja, dan panggilan Kristen di era modern.
Menyatukan Pikiran dan Hati
Persiapan menuju GETI 2025 kian matang. Kelompok-kelompok kerja yang berasal dari berbagai latar belakang ekumenis dan akademis aktif menyusun program ini. Mereka berasal dari Komisi Pendidikan dan Pembinaan Ekumenis WCC, Komisi Iman dan Tata Gereja, serta berbagai mitra ekumenis. Perencanaan berlangsung secara intensif melalui pertemuan berkala untuk memastikan bahwa setiap aspek program memiliki dampak transformatif bagi para peserta.
GETI 2025 akan berlangsung bersamaan dengan Konferensi Dunia tentang Iman dan Tata Gereja. Acara ini bukan sekadar ruang akademis, tetapi juga wadah refleksi dan dialog yang mendalam mengenai masa depan ekumenisme. Para peserta akan berkesempatan berinteraksi dengan pemikir besar, pemimpin gereja, serta akademisi yang berdedikasi dalam membangun pemahaman bersama.
Kesetaraan Gender dalam GETI 2025
Dalam program ini, WCC menekankan pentingnya representasi gender yang seimbang. Dari 95 peserta yang diterima, 43 di antaranya adalah perempuan, mencerminkan komitmen terhadap keadilan gender dalam pendidikan teologi. Para peserta berasal dari berbagai belahan dunia, membawa pengalaman dan perspektif unik yang memperkaya dialog ekumenis.
Seruan bagi Perdamaian dan Rekonsiliasi
Di tengah kemelut yang terus melanda Suriah, WCC kembali menyerukan pesan damai. Pada akhir tahun lalu, para kepala gereja di Suriah menyampaikan visi mereka untuk negeri yang baru—berdasarkan rekonsiliasi, dialog, dan kemitraan. WCC menegaskan bahwa jalan menuju perdamaian tidak dapat dibangun di atas dendam, melainkan melalui keadilan dan kesatuan.
Sekretaris Jenderal WCC, Jerry Pillay, menekankan bahwa kekerasan hanya melahirkan lingkaran penderitaan baru. Ia mengajak komunitas internasional untuk bersatu dalam doa dan aksi nyata, mendukung rakyat Suriah dalam perjalanan panjang menuju penyembuhan.
"Meskipun jalan menuju penyembuhan akan panjang, kami tetap teguh dalam mendampingi rakyat Suriah dalam upaya mereka meraih masa depan di mana martabat, kebebasan, dan koeksistensi menang atas kebencian dan balas dendam." – Jerry Pillay
Mewujudkan Kasih dalam Tindakan
Sebagaimana tertulis dalam Mikha 6:8, "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN daripadamu selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?" Semoga kita semua terus berjalan dalam terang-Nya, membawa damai bagi dunia. - (pr)**
source: wcc (oikoumene.org); writer/editor: penaRadmin
Shalom, semuanya, Salam Sejahtera. Terima Kasih telah membaca tulisan ini. Silahkan, temukan kami dan dapatkan informasi terubdate lainnya, cukup dengan Klik Mengikuti/follow kami di Google News DISINI. than's. God bless.
© 2025 All Right Reserved - Designed by penarohani
0Comments