Refleksi Paskah dari Yohanes 20:1–10, 24–29
Saat Fajar Paskah Menyapa
Pena Rohani - Pada pagi yang berselimut embun Paskah, ketika dunia perlahan-lahan bangun dari malam panjangnya, hadir sebuah kabar yang menggetarkan semesta: Kristus telah bangkit! Di balik kubur kosong itu bukan hanya janji kehidupan kekal yang diteguhkan, tetapi juga benih damai sejahtera Kristus di tengah keluarga, ditanamkan dalam-dalam ke dalam hati orang percaya.
Tidak ada tempat paling sakral untuk menyambut damai itu selain rumah kita sendiri. Di tengah riuhnya dunia, gejolak relasi, dan letihnya pekerjaan, keluarga menjadi taman kecil yang haus akan siraman damai ilahi. Tapi, bagaimana damai sejahtera Kristus memengaruhi keluarga Kristen? Dan apakah kita sungguh-sungguh telah membuka pintu hati dan rumah bagi damai yang ditawarkan Sang Juruselamat?
Makna Paskah dalam Keluarga
Paskah dan Kesaksian Rumah Tangga
Refleksi Paskah keluarga bukan hanya tentang mengenang peristiwa salib dan kebangkitan di gereja, melainkan tentang bagaimana rumah menjadi ruang pertama bagi kasih dan damai itu dihidupi. Keluarga Kristen dan kebangkitan Kristus adalah dua hal yang tak terpisahkan. Kebangkitan Kristus bukan hanya menjanjikan hidup baru, tetapi juga relasi yang diperbarui.
Bayangkan sebuah keluarga yang bangun setiap pagi dengan doa dan syukur, di mana suami-istri saling mendahulukan pengampunan, dan anak-anak dibesarkan dalam kasih yang sabar dan bijaksana. Bukankah itulah gambaran nyata dari damai Kristus di rumah tangga?
Ilustrasi Kekinian: Ketika Grup WhatsApp Keluarga Menjadi Ruang Kudus atau Arena Sengketa
Namun, seberapa sering ruang itu benar-benar menjadi tempat damai sejahtera Kristus di tengah keluarga? Atau justru, apakah ia telah menjadi semacam “ruang tertutup” seperti tempat para murid berkumpul dalam ketakutan (Yoh. 20:19), yang menanti kehadiran Yesus untuk membawa damai?
Ketika Emotikon Jadi Pisau
Bayangkan sebuah pesan singkat tanpa nada suara, tanpa ekspresi wajah, yang ditafsir berbeda oleh anggota keluarga lain. Sebuah komentar sarkastik, dibumbui dengan emoji tertawa, bisa menyulut api kecil yang menjadi konflik besar. Bukankah ini mencerminkan betapa damai bisa retak bukan karena peristiwa besar, melainkan dari ketidaksengajaan yang tidak direspons dengan kasih?
Kristus tidak hadir untuk menyalahkan. Dalam Yohanes 20:26–27, bahkan kepada Tomas yang meragukan, Dia hadir dan berkata dengan penuh kasih, “Damai sejahtera bagi kamu.” Sebuah kalimat sederhana yang mengubah kecurigaan menjadi keyakinan, ketegangan menjadi kelembutan.
Hadir Sebagai Pribadi, Bukan Sekadar Profil
Sering kali dalam ruang digital, kita lupa bahwa di balik setiap profil, ada hati yang bisa luka dan jiwa yang mencari pengertian. Maka, bagaimana seandainya kita hadir di grup keluarga seperti Kristus hadir dalam Yohanes 20: tenang, tidak reaktif, penuh pengertian?
Apa jadinya jika setiap pesan yang kita kirim adalah seperti pelita, bukan bara? Jika kita menulis dengan roh kasih, bukan reaksi spontan yang melukai?
Menjadi Agen Damai di Dunia Digital
Ilustrasi ini mengajarkan bahwa damai sejahtera dalam keluarga di era modern bukan hanya soal keharmonisan di meja makan, tetapi juga tanggung jawab untuk menciptakan atmosfer surgawi di dunia maya. Kita dipanggil menjadi agen damai, bahkan melalui gawai kita.
Membagikan ayat renungan, menyapa dengan tulus, mendoakan saudara yang sedang sakit lewat pesan, atau meredam perdebatan dengan kata-kata bijak semua itu adalah bentuk nyata dari menghidupi damai sejahtera Kristus dalam hubungan keluarga setelah Paskah.
Penegasan Ilustrasi:
Sama seperti Yesus masuk ke ruang yang terkunci dan membawa damai, kita pun dipanggil untuk “masuk” ke ruang-ruang komunikasi keluarga baik secara fisik maupun digital dan membawa damai, bukan amarah. Bukankah damai itu akan terasa nyata justru saat dunia dan keluarga kita sedang menghadapi tantangan?
Grup WhatsApp keluarga bukan hanya alat komunikasi. Ia bisa menjadi altar kecil, tempat di mana kasih diuji, pengertian dilatih, dan damai Kristus di rumah tangga bisa dihidupi dengan nyata.
Pintu Tertutup, Hati yang Terbuka
Pagi yang Mengubah Segalanya (Yohanes 20:1–10)
Refleksi Yohanis 20 tentang damai sejahtera dalam keluarga Paskah mengajarkan bahwa kebangkitan Yesus menjadi titik balik dari kekacauan menjadi ketenangan. Sebagaimana Dia menjumpai para murid yang gentar, Dia pun rindu menjumpai keluarga-keluarga Kristen hari ini yang sedang lelah, kecewa, bahkan nyaris menyerah.
Damai sejahtera Kristus bukan berarti keluarga tanpa konflik, tetapi keluarga yang mampu melewati konflik bersama dalam kasih dan pengharapan.
Tomas: Cermin Kerapuhan dan Harapan Keluarga (Yohanes 20:24–29)
Di bagian kedua, kita mengenal Tomas, si peragu. Ia menolak percaya sebelum melihat dan menyentuh. Namun Yesus tetap hadir baginya, membawa damai tanpa celaan. Ini menjadi kisah Tomas dan relevansinya dengan damai sejahtera keluarga Kristen saat Paskah: ketika ada anggota keluarga yang meragukan iman, yang lambat berubah, atau sulit mengerti, jangan buru-buru menghakimi.
Sebaliknya, hadirkan Kristus di tengah-tengah mereka, sebab kehadiran-Nya mengubah ragu menjadi iman, dan luka menjadi harapan.
Menghidupi Damai Sejahtera Kristus dalam Keluarga
1. Memulai Hari dengan Doa Keluarga
Doa untuk damai sejahtera keluarga di masa Paskah bukan hanya ritual, tetapi penyalaan kembali semangat kasih setiap hari. Mulailah pagi dengan doa bersama, dan biarkan damai itu menjadi dasar bagi seluruh aktivitas rumah tangga.
2. Menumbuhkan Budaya Pengampunan
Damai sejahtera tidak tumbuh di tanah dendam. Penerapan damai sejahtera Kristus dalam kehidupan keluarga sehari-hari menuntut budaya pengampunan yang konsisten meski tidak mudah, tapi mungkin bila Kristus menjadi pusat.
3. Menjadi Pendengar yang Tulus
Di era penuh distraksi, mendengar dengan tulus adalah bentuk cinta yang langka. Menemukan damai Kristus di tengah tantangan keluarga (Paskah) bisa dimulai dari hal sederhana ini: saling mendengarkan.
4. Menyediakan Waktu Berkualitas Bersama
Damai bukan hanya tentang menghindari konflik, tetapi menciptakan keintiman. Jadwalkan waktu tanpa gawai untuk berbicara, tertawa, bahkan diam bersama.
5. Membaca dan Merenungkan Ayat Alkitab Bersama
Ayat Alkitab tentang damai sejahtera Kristus dalam keluarga (Yohanes 20) dapat menjadi fondasi kuat untuk mendidik anak dan menenangkan relasi. Bacalah Yohanes 20:21 bersama, dan biarkan kalimat, "Damai sejahtera bagi kamu!" menjadi kata yang hidup.
Paskah yang Membangun
Inspirasi Paskah untuk Membangun Damai
Paskah bukan hanya momen tahunan, tetapi inspirasi abadi untuk keluarga-keluarga yang ingin berjalan dalam terang. Inspirasi Paskah untuk membangun damai sejahtera dalam keluarga dapat diwujudkan lewat keteladanan orangtua, kesetiaan dalam kasih, dan keberanian untuk berkata, "Maaf" dan "Aku mengasihimu."
Pentingnya Damai Sejahtera Kristus bagi Keluarga Kristen
Dalam dunia yang mudah panas, mudah putus, dan mudah lupa, pentingnya damai sejahtera Kristus bagi keluarga Kristen tidak dapat ditawar. Itu adalah kebutuhan, bukan pilihan.
Bukan kekayaan, bukan prestasi, bukan popularitas, melainkan damai yang menjadi pusat relasi itulah warisan paling kekal yang bisa diberikan kepada generasi mendatang.
Mari Jadi Rumah yang Dipenuhi Damai Paskah
Refleksi ini adalah undangan: Bukalah pintu rumah, bukalah hati. Biarkan Kristus masuk dan berkata sekali lagi, seperti yang dikatakan-Nya di ruangan terkunci itu:
"Damai sejahtera bagi kamu!" (Yohanes 20:21)
Damai-Nya bukan milik pribadi, tapi titipan untuk dibagikan. Mari menghidupinya dalam keluarga. Mari menjadi keluarga yang bukan hanya tahu tentang Paskah, tapi juga hidup sebagai kesaksian Paskah.
“Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” – Matius 5:9
Sumber Nas: Yohanis 20:1-10, 24-29; writer/editor: penaRadmin/pr
Shalom, semuanya, Salam Sejahtera. Terima Kasih telah membaca tulisan ini. Silahkan, temukan kami dan dapatkan informasi terubdate lainnya, cukup dengan Klik Mengikuti/follow kami di Google News DISINI. than's. God bless.
© 2025 All Right Reserved - Designed by penarohani
0Comments