Siapa yang Mengguncang dan Dalam Konteks Apa?
Ketua Umum PGI hadir di Retret Center GBKP di Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Sumatera Utara pada Rabu pagi, 23 April 2025, bukan hanya sebagai tamu, tetapi juga sebagai profetik yang melanggar tradisi. Dalam ibadah pembukaan Sidang Majelis Sinode, ia mengajukan pertanyaan mendalam kepada gereja:
Apakah benar bahwa Injil telah menanamkan dan mengubah karakter dan struktur masyarakat?
Khotbah ini adalah panggilan yang mengguncang, bukan hanya ritual. Guncangan yang menimbulkan, bukan menghancurkan.
Apa Pesannya? Gereja Harus Berbuah dan Berkembang!
Dari atas mimbar, suara menggema, "Gereja tidak diukur dari usia, tetapi dari dua tanda vital yang disebut Kolose: berbuah dan berkembang."
Buah menunjukkan transformasi karakter, dan berkembang menunjukkan pengaruh sosial yang sebenarnya. Karena itu, gereja sejati tidak hanya hadir di tempat ibadah, tetapi juga ada di pasar, ladang, politik, dan bahkan di pusat budaya. Di lokasi ini, Injil tetap hidup dan bergerak.
Karena Kristus nahkodanya, GBKP tenggelam, tetapi tidak pernah karam. Dengan cara ini, Ketum PGI mengkonfirmasi kekuatan gereja yang bersandar pada Tuhan.
Kapan dan Dimana Sidang Ini Terjadi?
Dengan tema "Gereja Berbuah dan Berkembang" (Kolose 1:6), Majelis Sinode ke-XXXVII GBKP berlangsung selama delapan hari penuh (23–30 April 2025). Salah satu subtema sidang adalah, "Oleh Karena Kasih Karunia Allah, GBKP Semakin Mewujudkan Diri Sebagai Berkat bagi Dunia Dengan Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Pelayanan Holistik Menyongsong Indonesia Emas 2045."
Gereja menggunakan momentum ini sebagai ruang strategis untuk memikirkan masa lalu dan merencanakan masa depan. Gereja diajak untuk menjawab panggilan zaman dan bukan hanya mengenang masa lalu.
Mengapa Pesan Ini Penting?
Karena gereja tidak boleh tertinggal dari perubahan dunia, Gereja sejati hadir di setiap ruang hidup manusia, bukan hanya di altar, menurut Ketum PGI. Di tengah disrupsi sosial, teknologi, dan bahkan krisis spiritual, gereja dipanggil untuk hadir secara utuh dan relevan.
Dalam sambutannya, Pdt. Krismas Imanta Barus, Ketua Umum Moderamen GBKP, mengatakan bahwa perjalanan sejarah yang panjang ini memerlukan pertanggungjawaban, bukan hanya merayakannya.
Bagaimana Gereja Didorong untuk Melayani?
Selain itu, ada momentum baru. Di Grha Oikoumene, Jakarta, pada 22 April 2025, Pdt. Jacky Manuputty melantik Komisi, Pokja, dan Tim Kerja PGI untuk masa bakti 2024–2029. Para pelayan baru ini tidak hanya diberi tugas, tetapi juga diberi pengetahuan tentang peran profetik mereka sebagai pelayan gereja.
Setelah pelantikan, ketua umum PGI kembali menyatakan:
Institusi, Pelayan Gereja, dan Umat adalah tiga pilar yang menopang Gereja. Dan ketiganya harus bergerak bersama.
PGI berfokus pada kerja sama dalam menangani masalah besar seperti keseaan gereja, ekologi, pendidikan, teknologi, dan krisis keluarga. Ini adalah tindakan nyata bagi tubuh Kristus, bukan diskusi.
Saat Gereja Turun dari Mimbar
Di hari itu, suara dari mimbar menyatu dengan tanah, orang-orang, dan masa depan. Meskipun gereja tidak dipanggil untuk berdiam diri di altar, mereka dipanggil untuk hadir saat dunia menghadapi krisis.
Ketum PGI mengguncang mimbar SMS GBKP untuk menghidupkan hati yang tertidur, bukan untuk menggetarkan bangku gereja. Untuk mengetahui bahwa gereja sejati berfokus pada "siapa" dan bukan hanya "di mana", gereja sejati harus melayani.
Pesan Pengutusan dan Ajakan
💬 Mari renungkan:
-
Sudahkah gerejamu menjadi buah bagi sesama?
-
Sudahkah pelayananmu menjamah kehidupan nyata?
Jika Anda belum melakukannya, hari ini adalah kesempatan yang bagus untuk mulai mengubah hidup Anda.
Berbagi artikel ini dengan sesama pelayan Tuhan sebagai peringatan rohani agar kita tidak berdiam diri dalam zona aman.
Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Matius 5:16) - (pr)**
source: pgi.or.id (23/04/2025); writer/editor: penaRadmin
© 2025 All Right Reserved - Designed by penarohani
0Comments