Renungan Kristen Minggu ke II Paskah
Sumber Bacaan: Roma 15:1-13
Pendahuluan
Pena Rohani - Di tengah pagi yang tenang, ketika cahaya fajar memercik di ujung jendela dan udara terasa lembut menyentuh kulit, terdengar gema kebenaran yang meneduhkan: Kuasa Kebangkitan Memampukan Kita Untuk Saling Menerima.
Bukan sekadar frasa manis dalam liturgi Paskah, melainkan sebuah realitas rohani yang membentuk ulang cara kita mengasihi, menyapa, dan menyambut satu sama lain di tengah perbedaan. Dalam terang kebangkitan Kristus, kita menemukan daya yang tak terlihat namun nyata, menggerakkan hati menuju kesatuan dan penerimaan yang tulus.
Apa yang sebenarnya terjadi dalam diri kita ketika kita merayakan kebangkitan Kristus? Apakah hanya sukacita kemenangan? Atau lebih dari itu, sebuah peralihan dari kehidupan lama yang penuh penolakan menuju kehidupan baru yang terbuka terhadap perbedaan?
Mari kita menilik Roma 15:1-13, sebuah ajakan apostolik yang masih bergema hingga hari ini, membimbing kita untuk menghidupi makna kebangkitan Kristus dalam relasi kita.
Makna Kebangkitan Kristus dan Penerimaan Sejati
Kebangkitan yang Mengubah Relasi
Ayat 1-3 menegaskan: "Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri.” Inilah kekuatan kebangkitan: bukan untuk meninggikan diri, tetapi untuk menguatkan yang lemah.
Yesus, Teladan Penerimaan yang Agung
Dalam Roma 15:7, Paulus menyatakan dengan tegas: "Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah." Penerimaan dalam konteks ini bukan sekadar toleransi, tetapi perjumpaan kasih yang dalam, yang mengakar pada karya Kristus yang bangkit.
Ia tidak memilih berdasarkan latar belakang, status, atau kekudusan Ia menerima dengan kasih yang mengubah. Maka kita, yang telah menerima kasih itu, dipanggil untuk memancarkannya.
Ilustrasi Kekinian: Pelangi di Tengah Kabut Perbedaan
Bayangkan sebuah komunitas mahasiswa Kristen lintas denominasi yang rutin berkumpul untuk doa bersama. Di awal perjalanan mereka, perbedaan mencuat: dari gaya ibadah, cara berdoa, hingga pemahaman doktrinal. Ada yang lebih karismatik, ada pula yang sangat liturgis; sebagian cenderung konservatif, sementara yang lain lebih terbuka. Wajar, benturan kerap muncul. Namun mereka terus datang, bertahan, dan belajar.
Perbedaan yang semula menjadi penghalang, kini justru menjadi kekayaan. Dalam komunitas itu, setiap anggota membawa warna masing-masing, dan ketika disatukan dalam kasih Kristus, mereka menjadi seperti pelangi yang tidak bisa muncul tanpa hujan dan cahaya. Kesatuan bukan berarti keseragaman, tetapi harmoni di tengah keberagaman.
Ilustrasi ini menggambarkan bagaimana kuasa kebangkitan tidak hanya membawa kemenangan atas maut, tetapi juga menghidupkan dimensi relasi antar sesama. Ini adalah wujud nyata dari penerapan Renungan Kristen tentang kuasa kebangkitan memampukan untuk saling menerima sebuah proses yang butuh waktu, keberanian, dan kasih yang bersumber dari Kristus yang bangkit.
Roma 15:1-13 dalam Cahaya Kebangkitan
Menanggung Kelemahan
Kehidupan Kristen bukan untuk diri sendiri. Paulus mengajak orang percaya untuk hidup demi sesama. Menanggung kelemahan berarti hadir bagi yang rapuh, memberi ruang bagi pertumbuhan mereka tanpa menghakimi. Inilah aplikasi langsung dari Renungan Kristen tentang kuasa kebangkitan memampukan untuk saling menerima.
Firman yang Memberi Pengharapan
Roma 15:4 mengatakan: "Sebab segala sesuatu yang ditulis dahulu, telah ditulis untuk menjadi pelajaran bagi kita, supaya kita teguh berpengharapan oleh ketekunan dan penghiburan dari Kitab Suci." Kebangkitan memberi pengharapan bukan hanya untuk masa depan kekal, tetapi untuk kehidupan relasional yang sehat hari ini.
Kristus sebagai Pelayan Orang Bukan Yahudi
Paulus menyinggung peran Kristus yang merangkul orang bukan Yahudi sebagai tanda pemenuhan janji Allah (ayat 8-12). Ini menjadi dasar kuat bagi penerimaan lintas suku, bangsa, dan budaya dalam gereja. Sebuah Refleksi Kristen minggu ini: Kuasa kebangkitan dan persatuan umat percaya.
Penerapan Nyata
Di Tengah Jemaat
Apakah kita hanya menerima yang satu visi dan satu gaya pelayanan? Kuasa kebangkitan memanggil kita melampaui zona nyaman, membuka diri terhadap keberagaman dalam tubuh Kristus. Ini adalah Penerapan Roma 15 dalam kehidupan Kristen: Saling menerima dalam perbedaan.
Dalam Keluarga dan Masyarakat
Di rumah, seringkali perbedaan pendapat menjadi tembok pemisah. Namun, kebangkitan Kristus memberi kita kekuatan untuk mengampuni, memahami, dan menyambut anggota keluarga dengan sabar dan kasih. Di tengah masyarakat yang terpolarisasi, orang Kristen dipanggil menjadi agen damai, bukan sumber perpecahan.
Dalam Diri Sendiri
Tak jarang yang paling sulit diterima justru diri sendiri dengan luka, kegagalan, dan keterbatasan. Kebangkitan Kristus menegaskan bahwa hidup baru tersedia, dan penerimaan Allah menjadi fondasi penerimaan terhadap diri sendiri.
Penutup
Mari kita berjalan dalam terang ini, menjadikan Minggu ke II Paskah bukan sekadar momen liturgis, tetapi sebuah pengutusan rohani: untuk menyambut, menguatkan, dan mempersatukan dalam nama Kristus.
"Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan." -Roma 15:13 - (pr)**
Sumber Nas: Roma 15:1-13; writer/editor: penaRadmin/pr
Shalom, semuanya, Salam Sejahtera. Terima Kasih telah membaca tulisan ini. Silahkan, temukan kami dan dapatkan informasi terubdate lainnya, cukup dengan Klik Mengikuti/follow kami di Google News DISINI. than's. God bless.
© 2025 All Right Reserved - Designed by penarohani
0Comments